Intelijen AS Sebut Tiongkok dan Rusia Intervensi Pemilihan Presiden
Kedua negara mendukung kandidat yang berbeda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Washington D.C., IDN Times - Menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang, Direktur National Counterintelligence and Security Center (NCSC), William Evanina pada Jumat kemarin (07/08) melaporkan adanya intervensi asing. "Negara-negara asing mencoba untuk mempengaruhi preferensi pemilih, serta merusak kepercayaan rakyat terhadap proses demokrasi kami", sebutnya seperti yang diberitakan BBC.
Pemilihan presiden tahun ini menggunakan sistem yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kongres memutuskan untuk menggunakan sistem mail-in vote untuk mencegah penyebaran COVID-19. Sistem ini dilakukan dengan mengirimkan surat suara ke rumah pemlih. Setelah itu, pemilih dipersilahkan mengisinya di rumah masing-masing dan mengirimkannya kembali ke kotak pos yang telah ditentukan sebelumnya. Penggunaan sistem mail-in vote membuat Trump menyuarakan kekhawatirannya akan adanya intervensi asing ataupun kecurangan yang dapat dilakukan Biden, lawannya pada pemilihan tahun ini.
1. Rusia ingin Trump menangkan pemilihan
Evanina mengatakan bahwa Rusia melakukan intervensi terhadap pemilihan presiden tahun ini. Rusia diyakini menyebarkan isu-isu negartif terhadap Biden. Hal ini dipicu oleh sikap Biden yang cenderung anti Rusia. "Kecurigaan ini didasarkan pada peran Biden ketika menjalankan kebijakan pemerintahan Obama di Ukraina dan dukungannya untuk anti-Putin di Rusia", jelas Evanina.
Dalam pemberitaan CNN Politics, Evanina memberikan contoh intervensi Rusia berupa peningkatan kampanye Trump melalui sosial media dan saluran TV Rusia. Selain itu, ia juga menuduh Anggota Parlemen Ukraina yang pro-Rusia, Andriy Derkach, menyebarkan isu korupsi terhadap Biden. Adanya isu Rusia yang ikut campur dalam politik dalam negeri AS tentunya menimbulkan keresahan, mengingat pada pemilihan presiden tahun 2017 lalu, Rusia juga melakukan hal yang sama untuk menjatuhkan Hillary Clinton.
Ketika ditanyai mengenai isu ini, Trump terkesan tidak setuju dengan berita Rusia yang berusaha memenangkan dirinya dalam pemilihan. Namun, ia mengakui bahwa dirinya merupakan presiden yang paling tangguh menghadapi Rusia. "Saya pikir orang terakhir yang ingin dilihat Rusia di Gedung Putih adalah saya, karena tidak ada yang lebih tangguh menghadapi Rusia daripada saya", ucapnya pada sebuah konferensi berita.
Baca Juga: Trump Resmi Larang Operasional TikTok dan WeChat di Amerika Serikat
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.