TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden Prancis: Pelecehan Agama Bukan Sebuah Kejahatan

Seorang remaja mengunggah video cacian terhadap Islam

Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba untuk berpidato pada peresmian Wall of Name yang telah direnovasi di Shoah Memorial di Paris, Prancis, pada 27 Januari 2020. ANTARA FOTO/Michel Euler/Pool via REUTERS

Paris, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa pelecehan agama bukan merupakan sebuah kejahatan. Pernyataan tersebut keluar menyusul adanya kontroversi mengenai seorang remaja bernama Mila yang mengunggah video berisi cacian terhadap Islam ke media sosial.

Dilansir The Guardian, Mila menerima sejumlah ancaman pembunuhan, bahkan dikeluarkan dari sekolahnya karena melakukan itu. Prancis sendiri merupakan negara sekuler yang berusaha keras memisahkan agama dan politik sampai ke titik yang terbilang intoleran dan disebut sebagai laïcité.

Institut Montaigne menilai laïcité sebagai konsep sekularisme yang intoleran dan sulit dipahami bagi orang luar Prancis. Sekularisme Prancis yang ketat mengedepankan persatuan kolektif di atas keinginan individual. Persatuan tersebut dicapai dengan memaksakan keseragaman. 

1. Mila mengungkap bahwa dia seorang homoseksual, lalu menerima hinaan dari seorang Muslim

Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba untuk berpidato pada peresmian Wall of Name yang telah direnovasi di Shoah Memorial di Paris, Prancis, pada 27 Januari 2020. ANTARA FOTO/Michel Euler/Pool via REUTERS

BBC melaporkan semua bermula saat gadis berusia 16 tahun itu mengungkap dirinya adalah seorang homoseksual lewat Instagram pada Januari lalu. Tak lama, netizen yang rupanya seorang Muslim menghinanya sebagai seorang "lesbian kotor" dan "pelacur kotor". Lantaran tidak terima, Mila merespons dengan mengunggah sebuah video.

Remaja asal Lyon itu menyebut Islam sebagai "agama kebencian". Tak sedikit orang Prancis yang mendukung Mila, apalagi tak ada pasal penodaan agama di Prancis. Mereka memakai tagar #JeSuisMila (Saya Mila) di media sosial. Namun, lainnya menyerangnya. Prancis pun terbelah antara menganggap sikap Mila sebagai sesuatu yang wajar atau tidak.

2. Anggota kabinet Prancis pun ikut buka suara

Presiden Prancis Emmanuel Macron berbincang dengan seorang pekerja saat mengunjungi Hell-Union, perusahaan yang menyediakan jasa transportasi menggunakan helikopter di pangkalan udara di Sauvagnon, dekat Pau, Prancis, pada 14 Januari 2020. ANTARA FOTO/Guillaume Horcajuelo/Pool via REUTERS

Mereka yang kontra dengan Mila menilai komentar tersebut adalah bentuk penyerangan terhadap Islam. Sementara itu, Menteri Hukum Prancis, Nicole Belloubet, menilai ancaman pembunuhan terhadap Mila adalah sesuatu yang "tidak bisa diterima". Di saat bersamaan, ia pernah tercatat berkomentar bahwa serangan terhadap agama adalah "serangan terhadap kebebasan berpikir".

Sedangkan Senator Laurence Rossignol berpendapat bahwa di Prancis, seseorang "dilarang keras menghina penganut suatu agama, tapi bisa menghina sebuah agama, tokohnya, serta simbolnya". Politisi sayap kanan, Marine Le Pen, melihat Mila punya "lebih banyak keberanian dibandingkan seluruh kelas politik yang berkuasa selama 30 tahun terakhir".

Dalam sebuah wawancara, Mila meminta maaf karena menghina Muslim yang melaksanakan perintah agama mereka "dengan damai". Namun, ia menolak untuk menyesali pernyataannya. "Saya sama sekali tak menyesal atas apa yang saya katakan, itu benar-benar pemikiran saya," ucapnya.

Baca Juga: Emmanuel Macron Klaim NATO Alami Kematian Otak

Verified Writer

Bianca Nazanin

typing...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya