TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bulgaria Akan Veto Sanksi Uni Eropa yang Sasar Energi Nuklir Rusia

Bulgaria masih bergantung pada Rusia

Presiden Bulgaria, Ruman Radev. (twitter.com/PresidentOfBg)

Jakarta, IDN Times - Presiden Bulgaria Ruman Radev, pada Kamis (9/2/2023), mengungkapkan bahwa pihaknya akan menolak sanksi yang rencananya akan dijatuhkan Uni Eropa (UE) kepada bahan bakar nuklir Rusia. Itu dilakukan dengan dalih melindungi energi dalam negeri Bulgaria. 

Padahal, Bulgaria sudah menyetujui perjanjian pengadaan bahan bakar nuklir dari Prancis pada akhir Desember 2022 untuk mengurangi ketergantungan dari Rusia. Selama ini, Bulgaria mengadalkan sebagian besar kebutuhan pasokan listriknya dari PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). 

Baca Juga: Krisis Politik, Bulgaria Gelar Pemilu Kelima dalam 2 Tahun Terakhir

1. Radev menolak sanksi yang akan merugikan Bulgaria

Pernyataan Radev diucapkan di hadapan Dewan Eropa di Brussels. Ia pun menegaskan bahwa negaranya akan memberikan veto terkait rencana paket sanksi kepada bahan bakar energi nuklir dari Rusia. 

"Kami melihat semua area yang dapat diberlakukan sanksi, tapi ketika kepentingan kami terancam, maka kami tidak bisa menerima itu. Kami tidak dapat menerima sanksi dalam sektor energi nuklir. Jika dibutuhkan, kami akan memberlakukan sebuah veto untuk menolaknya. Saat ini, posisi Bulgaria hal ini akan berdampak pada energi dan ekonomi negara kami," papar Redev, dikutip Novinite.

"Kami memaksa konferensi antarpemerintah dengan Makedonia Utara dilanjutkan kembali. Namun, ini hanya jika hak milik warga Bulgaria masuk dalam konstitusinya," sambungnya.

2. Radev menyerukan solusi perdamaian antara Rusia dan Ukraina

Presiden Bulgaria, Ruman Radev (facebook.com/PresidentRumenRadev)

Radev berharap agar tidak ada negara-negara yang mengirimkan senjata untuk tentara Ukraina. 

"Ini adalah perang berdarah dan kami hanya mendengar sedikit suara untuk memperjuangkan perdamaian. Kami hanya mendengar suara senjata, kami hanya mendengar seruan untuk kemenangan tanpa menentukan apa artinya kemenangan tersebut," ungkap Radev, dilansir The Sofia Globe.

"Ini sudah saatnya, setelah perang berdarah antara Rusia dan Ukraina berlangsung setahun. Fokus seharusnya di atas segalanya adalah menghentikan ini semua dan mengembalikan upaya diplomatik dalam mencari solusi damai" sambung dia. 

Baca Juga: Investigasi Sebut AS Dalangi Bom Nord Stream, Rusia: Harus Dihukum!

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya