FARC Wajib Bayar Rp515 Miliar atas Penculikan Betancourt
Sebagai ganti rugi atas kejahatan FARC
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pengadilan Pennsylvania, Amerika Serikat pada Kamis (13/1/2022) menyerukan kepada mantan gerilya FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia) agar membayar ganti rugi kepada Ingrid Betancourt.
Pasalnya, Betancourt yang merupakan seorang politisi sudah diculik dan ditahan selama beberapa tahun oleh pasukan gerilya sayap kiri itu. Bahkan, penculikan ini diyakini telah merusak psikologis perempuan asal Kolombia itu.
1. FARC diharuskan memberi kompensasi sebesar Rp515 miliar
Kompensasi yang harus dibayarkan oleh mantan anggota FARC dan beberapa pemimpinnya mencapai 36 juta dolar AS atau senilai Rp515 miliar. Keputusan itu sudah disetujui sejak 4 Januari lalu oleh Hakim Mattew Bran dan baru diumumkan pada Kamis lalu.
Tuntutan kepada eks FARC ini diajukan oleh anak Betancourt yang bernama Lawrence Delloye pada 2018 lalu. Namun, mulanya tuntutan ganti rugi yang diajukan hanya sebesar 12 juta dolar AS atau Rp171,7 juta, dilansir Mercopress.
Sementara itu, Delloye yang merupakan warga negara AS lantaran lahir di San Bernardino, California pada tahun 1988 sudah menuntut petinggi FARC sesuai hukum Antiteroris. Hukum itu memperbolehkan korban aksi terorisme mendapatkan ganti rugi kompensasi, dikutip dari France24.
Kendati demikian, dari 15 petinggi FARC yang dituntut hanya satu orang, Juan José Martínez Vega yang merespon tuntutan ini. Sedangkan lainnya tidak pernah hadir dalam persidangan yang sudah digelar lebih dari tiga tahun terakhir.
Baca Juga: Ribuan Guru Prancis Mogok Kerja, Sebut Pemerintah Labil Tangani COVID
Editor’s picks
Dilaporkan Mercopress, Delloye mengungkapkan bila tuntutan yang diajukannya kepada FARC dan pemimpinnya tidak melanggar hukum Antiteroris. Pasalnya, penculikan ibunya telah mengakibatkan tekanan emosi yang hebat pada dirinya yang kala itu masih berusia remaja.
"FARC dan anggotanya telah menyebabkan penuntut mengalami kerusakan psikologis akibat perpisahan dengan ibunya dan mengalami tekanan emosi lantaran tidak mengetahui kondisi ibunya sebenarnya apakah masih hidup atau sudah meninggal atau akankah ia dapat bertemu dengan ibunya kembali" ungkap pengacara Delloye.
Sementara itu, pihak Kejaksaan juga mengungkapkan hal yang sama bahwa Delloye sudah mengalami tekanan emosi dan trauma yang hebat ketika ia masih menginjak usai remaja setelah ibunya diculik.
"Tidak ada nilai uang yang dapat menggantikan waktu ketika Lawrence Delloye kehilangan ibunya ataupun penyembuhan trauma yang diakibatkan oleh aksi FARC. Kami bangga karena bisa memberikan keadilan pada kasus ini" ujar Jaksa Robert Levy.
Baca Juga: 23 Orang Tewas dalam Bentrok Antar Pemberontak di Kolombia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.