TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Konflik Armenia-Azerbaijan Memburuk, Prancis: Ulah Pasukan Rusia 

Pasukan Rusia di perbatasan disebut punya agendanya sendiri

Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (instagram.com/emmanuelmacron)

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron, pada Rabu (12/10/2022), menuding bahwa Rusia dengan sengaja memicu pecahnya konflik Armenia-Azerbaijan tahun ini. Hal itu dilakukan sebagai upaya menggoyahkan stabilitas kawasan Kaukasus dan sekitarnya. 

Pecahnya konflik Armenia-Azerbaijan belakangan ini disebut sebagai yang terburuk sejak September 2020 lalu. Pasalnya, konflik dua negara pecahan Uni Soviet itu mengakibatkan tewasnya ratusan orang dari kedua belah pihak. 

Baca Juga: Tiru Jerman dan AS, Prancis Ikut Kirim Pertahanan Udara ke Ukraina

1. Macron kritisi pasukan perdamaian Rusia di Armenia

Presiden Prancis. Emmanuel Macron. (twitter.com/EmmanuelMacron)

Keterangan Macron di atas diungkapkan ketika ia berbicara dalam acara televisi France 2 pada Rabu kemarin. Tak lupa, ia menyalahkan tentara Rusia di perbatasan Armenia-Azerbaijan yang malah tidak menjamin perdamaian. 

"Apa yang terjadi di perbatasan dalam dua tahun terakhir. Sekitar 5 ribu tentara Rusia berada di sana untuk menjaga perdamaian dan perbatasan. Namun, Rusia memanfaatkan konflik ini untuk membiarkan Azerbaijan dan Turki bekerja sama dan melemahkan Armenia yang dekat dengannya," papar Macron, dilansir Reuters.

"Anda lihat apa yang terjadi? Ini adalah upaya Rusia untuk memperkeruh kestabilan kawasan. Mereka ingin membuat kekacauan di Kaukasus dan menggoyahkan kestabilan kita semua," tambahnya. 

Sementara itu, Prancis diketahui masuk dalam Organisasi Kemanan dan Kooperasi di Eropa (OSCE) Minsk Group bersama Amerika Serikat dan Rusia, untuk memediasi konflik berkepanjangan di Nagorno-Karabakh. 

2. Armenia tegaskan kedatangan pengawas Uni Eropa ke negaranya

ilustrasi bendera Armenia (twitter.com/MFAofArmenia)

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Armenia, Ararat Mirzoyan mengonfirmasi bahwa Uni Eropa sudah bersedia mengirimkan misi sipil ke Armenia. Inisiatif itu dicetuskan oleh Macron dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel. 

"Sesuai inisiatif dari Presiden Macron dan Charles Michel ketika bertemu di Praha, mereka menyatakan kesiapannya dalam mengirimkan misi Uni Eropa ke Armenia untuk menemukan fakta-fakta di lapangan yang akan dijadikan sebagai laporan," ungkap Mirzoyan, dikutip RT.

Pernyataan Armenia itu diungkapkan setelah Armenia-Azerbaijan setuju inisiatif pengiriman misi sipil UE pekan lalu. Keputusan itu menyusul perbincangan antara Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev dan PM Armenia, Nikol Pashinyan. 

Mirzoyan juga menekankan bahwa Armenia mengharapkan posisi tegas dan dukungan dari Rusia sebagai sekutu terdekatnya. Hal ini agar pasukan bersenjata Azerbaijan bersedia menarik diri dari wilayah Republik Armenia. 

Baca Juga: Rusia Menggila di Ukraina, Prancis Akan Perkuat Sisi Timur NATO

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya