Presiden Latvia Ingin Putus Hubungan Gereja Ortodoks dengan Rusia
Ingin lepaskan pengaruh Rusia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Latvia, Egils Levits, mengajukan undang-undang untuk memisahkan Gereja Ortodoks Latvia dengan Rusia pada Senin (5/9/2022). Pengajuan ini dilakukan agar Gereja Ortodoks dapat berdiri secara independen tanpa pengaruh dari entitas negara lain.
Pada Agustus, pemerintah Latvia sudah mengakui Rusia sebagai negara pendukung terorisme setelah menginvasi Ukraina pada Februari. Negara Baltik itu juga menganjurkan agar sekutu Barat memberikan sanksi tegas demi menyelesaikan konflik tersebut.
1. Pemisahan Gereja Ortodoks Latvia dengan Rusia untuk keamanan nasional
Sesuai pernyataannya dalam rapat Parlemen Latvia, Levits mengatakan bahwa terdapat risiko kepemimpinan Gereja Ortodoks Rusia di negaranya. Maka, ia menyebut undang-undang tersebut akan membuat Gereja Ortodoks Latvia independen sepenuhnya dan mengubah status pengakuannya.
"Penarikan segala bentuk hubungan dengan Patriark di Moskow adalah hal penting bagi pandangan Ortodoks kami, semua masyarakat Latvia, termasuk keamanan nasional," papar Levits, dikutip dari LSM.
"Kami semua menyetujui dan kami tidak perlu ragu. Saya telah menanyakan kepada Saeima (Parlemen Latvia) agar undang-undang tersebut bisa segera diakui dan diterapkan sesegera mungkin," tambahnya.
Gereja Ortodoks Latvia saat ini diketahui sangat loyal kepada Patriark Moskow Kirill yang dikenal punya hubungan dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Hal itulah yang membuat Pemerintah Latvia ingin menghapus pengaruh dari Rusia di dalam Gereja Ortodoks.
Baca Juga: Rusia: Gas Ke Eropa Tak Akan Mengalir Sampai Sanksi Dicabut
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.