TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Misteri Kematian Massal Gajah Bostwana, Ada Kaitannya dengan Virus?

Para ilmuwan sebut kejadian ini sebagai “bencana konservasi”

Pemerintah Bostwana umumkan pada Jum'at pekan lalu(10/7), bahwa hasil test tentang penyebab kematian akan segera dilansir dalam waktu dekat.Ilustrasi yang ditampilkan adalah gajah Afrika. Pexels.com/Harvey Sapir

Bostwana, IDN Times – Benua Afrika dikenal luas sebagai habitat bagi berbagai macam jenis satwa di alam liar. Republik Bostwana di Afrika bagian selatan misalnya, bahkan memiliki jumlah populasi gajah terbesar yang ada di dunia, dengan sepertiga gajah Afrika tinggal disana.

Sayangnya dalam beberapa bulan terakhir, sorotan dan kekhawatiran yang cukup serius tertuju kepada negara tersebut setelah kematian gajah berskala besar ditemukan. Kematian sekitar 365 gajah itu pun mengundang tanda tanya internasional karena hingga saat ini penyebab pastinya masih belum ditemukan. Gajah tidak mati tanpa alasan yang jelas, lantas apa sebenarnya yang terjadi terhadap para gajah di Bostwana?

1. Para ahli ungkapkan tingkah laku aneh para gajah Bostwana

Kasus kematian massal gajah di Bostwana menggemparkan dunia dan hingga kini penyebabnya masih tengah diselidiki. Foto yang tertera merupakan ilustrasi gajah Afrika. Unsplash.com/Michael Browning

Meski kasus gajah Bostwana yang pertama kali tercatat pada bulan Mei dan baru menjadi viral secara global pada awal Juli, namun menurut laporan yang dibuat oleh Elephants Without Borders - kelompok konservasi di Botswana- dugaan pertama dimulainya kematian misterius tersebut diperkirakan terjadi sejak bulan Maret.

Dikutip dari The Guardian, gajah-gajah yang mati awalnya ditemukan di wilayah Okavango Panhandle, dimana pada bulan Mei (25/5) para konservasionis yang terbang di atas wilayah tersebut mencatatkan jumlah mengkhawatirkan kematian yang mencapai 169 gajah. Penerbangan berikutnya kembali dilakukan pada bulan Juni yang mencatatkan peningkatan dua kali lipat dari temuan awal. Para konservasionis juga mengungkapkan bahwa ada kemungkinan jumlah kematian bisa jadi lebih tinggi namun tidak terdata akibat sulitnya penerbangan yang kurang mencakup seluruh wilayah.

Menurut hasil laporan penelitian dari para saksi mata setempat, beberapa gajah disebut memiliki indikasi gangguan neurologis sebelum kematian seperti berjalan berputar-putar. Beberapa dari bangkai yang ada bahkan terlihat seperti terjatuh tepat di wajah terlebih dulu yang menunjukkan bahwa serangan kematian tersebut datang dengan cepat dan tiba-tiba. Yang lain ada juga yang terlihat mati lebih lambat seperti sedang berkeliaran tak menentu. Beberapa gajah yang masih hidup juga menunjukkan indikasi seolah mengalami gangguan serupa. Ada yang berjalan dengan menyeret kaki belakang seolah lumpuh, dan yang lain tampak lesu dan kurus. Baik jantan atau betina, tua maupun muda, semuanya tampak sama-sama terpengaruh.

“Ini adalah kematian massal pada tingkat yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat, sangat lama. Di luar kekeringan, saya tidak tahu kematian seperti ini, ” kata Dr Niall McCann, direktur konservasi di National Park Rescue yang berbasis di Inggris.

2. Perburuan liar, keracunan, atau virus? Berbagai teori seputar kemungkinan penyebab kematian para gajah

Para peneliti mengungkapkan banyak gajah di Bostwana saat ini menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Gambar merupakan ilustrasi dari gajah Afrika. Unsplash.com/Charl Durand

Para ahli dibiarkan dengan sedikit petunjuk tentang penyebab pasti kematian misterius ini. Meski sudah beberapa bulan berlalu, hasil pastinya pun masih belum juga dirilis. Dilansir dari kantor berita Reuters, berikut ini beberapa teori dari para margasatwa yang sempat muncul terkait kasus ini:

Perburuan - Pemerintah dan konservasionis mengesampingkan perburuan liar pada tahap awal karena bangkai ditemukan utuh, termasuk gading. Dan meski perburuan liar menyebabkan menurunnya angka kehidupan bagi gajah Afrika, tetapi di Bostwana sendiri, jumlah gajah justru alami peningkatan menjadi 130.000 dari 80.000 sejak akhir 1990-an.

Diracun – Sianida biasanya digunakan pemburu untuk meracuni gajah, tetapi tidak ada indikasi tersebut dalam kondisi bangkai yang ditemukan. Ada kemungkinan bila racun jenis lain yang mungkin lebih kuatlah yang digunakan. Tapi sekali lagi, itu belum pasti.

Anthrax - Anthrax, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora, terkadang menyerang satwa liar di Botswana. Tetapi sampel yang diambil oleh para ahli kedokteran hewan dari pemerintahan telah menunjukkan hasil negatif adanya Anthrax.

Alga mekar - Ganggang mekar bisa membuat air beracun dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Teori ini dibuat karena sebanyak 70% gajah yang mati ditemukan berada di dekat air. Tetapi bisa jadi salah, karena spesies lain terlihat tidak terkena dampak.

Kekeringan - Seringkali jadi penyebab umum kematian di Afrika, tetapi teori ini langsung terbantahkan karena para peneliti menemukan ada banyak air, terlebih hujan turun di wilayah Okavango Panhandle dalam beberapa bulan terakhir.

Covid-19 - Wabah pandemi ini belum masuk ke wilayah Okavango. Terlebih, tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa gajah dapat tertular virus.

Pathogen novel - Para konservasionis berspekulasi tentang munculnya pathogen lain yang bisa menyebabkan virus atau bakteri baru. Dugaan ini cukup kuat berhembus dan sangat mengkhawatirkan bila benar adanya, karena dicemaskan dapat menular ke manusia.

Baca Juga: Misteri Kematian Massal 360 Gajah Afrika, Apa Penyebabnya?

Verified Writer

Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya