TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lebanon Tak Sanggup Tangani Gelombang Baru COVID, Rumah Sakit Kolaps

Rumah sakit Lebanon hanya dialiri listrik selama 2-3 jam

Warga mengantre di dalam sebuah farmasi di Beirut, Libanon, 28 Mei 2021. Foto diambil tanggal 28 Mei 2021 (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Azakir)

Jakarta, IDN Times - Tekanan krisis ekonomi Lebanon di tengah pandemik membuat negara kecil di Timur Tengah ini mengaku tidak sanggup menghadapi gelombang baru COVID-19.

Seorang direktur rumah sakit mengungkap pihaknya sudah berjuang namun pada kenyataannya mereka dihadapkan dengan fakta kurangnya obat-obatan dan eksodus tenaga kesehatan ke luar negeri, ditambah fasilitas kesehatan negara itu sekarang juga harus menghadapi pemadaman listrik hampir sepanjang waktu.

"Semua rumah sakit sekarang kurang siap daripada saat gelombang di awal tahun," kata Firass Abiad, manajer rumah sakit umum terbesar di Lebanon, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (25/7/2021).

Baca Juga: Bank Dunia Ancam Hentikan Pendanaan Vaksin COVID-19 untuk Lebanon

1. Rumah sakit kolaps karena hanya mendapat aliran listrik 2-3 jam

Personel unit kesehatan bersiap membantu menangani wabah virus corona dalam tur media yang diselenggarakan oleh pejabat Hisbullah di pinggiran kota bagian selatan Beirut, Lebanon,pada 31 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aziz Taher

Firass Abiad mengungkap bahwa sejumlah tenaga medis dan perawat telah pergi, membuat Lebanon kini kekurangan tenaga kesehatan di tengah ancaman pandemik COVID-19.

"Obat-obatan yang dulu tersedia telah habis, dan pemutusan aliran listrik yang berkepanjangan telah membuat rumah sakit terus-menerus terancam," lanjutnya.

Bahkan, kata dia, Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri yang dikelolanya pun berjuang untuk mengatasinya.

“Kami hanya mendapat listrik dua sampai tiga jam, dan sisanya ke genset,” kata Abiad.

Selain khawatir mereka bisa kehabisan tenaga, para tenaga medis memiliki beban besar karena harus terus-menerus berburu bahan bakar minyak.

2. Harga komoditas naik hingga 80 persen, obat-obatan langka

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain itu, permintaan besar untuk komoditas yang semakin langka telah mendorong harga-harga naik lebih dari 80 persen sejak 17 Juni 2021.

Bahkan di Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri yang bergengsi, beberapa obat-obatan rutin habis. "Beberapa hari ini antibiotik (habis), yang lain anestesi," kata kepala rumah sakit.

Yang lebih miris, dia mengungkap terkadang pihak rumah sakit terpaksa meminta kerabat pasien untuk mencari sendiri obat-obatan dari rumah sakit atau apotek lain.

Baca Juga: Varian Baru Covid-19 Sudah Sampai Lebanon dan Jerman

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya