TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hadapi Gelombang Kedua COVID-19, Inggris Bakal Kembali Lockdown

Pembatasan sosial masyarakat Inggris akan diterapkan kembali

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. instagram.com/borisjohnsonuk

Jakarta, IDN Times - Inggris telah melaporkan lebih dari 384 ribu kasus virus corona, dengan 41.794 angka kematian berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat. Meningkatnya angka kasus COVID-19 ini, mendorong pemerintah Inggris memberlakukan lockdown nasional dan pembatasan sosial gelombang kedua.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan Inggris akan mengalami gelombang kedua virus corona. Meski tidak menginginkan lockdown gelombang kedua, dia menilai pemerintah mungkin perlu menerapkan pembatasan lanjutan.

“Kami sekarang melihat gelombang kedua datang. Saya khawatir tidak terhindarkan, bahwa kami akan melihatnya di negara ini,” ujar Boris Johnson, dikutip dari Aljazeera (19/9/2020).

Baca Juga: Boris Johnson dalam Kondisi Stabil Usai Masuk ICU Akibat Virus Corona

1. Peningkatan tajam dalam jumlah kasus COVID-19 di Inggris

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara di luar 10 Downing Street setelah sembuh dari COVID-19 di London, Inggris, pada 27 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/John Sibley

Pemberlakuan kembali lockdown nasional menyusul peningkatan kasus COVID-19 menjadi sekitar 6.000 kasus setiap harinya. Penerimaan pasien di rumah sakit meningkat dan tingkat infeksi melonjak di London dn seluruh bagian Utara Inggris.

Kenaikan tajam dalam jumlah kasus di Inggris menandakan bahwa pemerintah perlu mengevaluasi semua kebijakan. Johnson dalam hal ini, tidak mengesampingkan langkah-langkah lebih lanjut yang akan diterapkan.

“Ketika Anda melihat apa yang terjadi, Anda pasti bertanya-tanya apakah kita perlu melangkah lebih jauh,” ujar Johnson.

2. Sejumlah kebijakan telah diberlakukan untuk menekan angka penyebaran COVID-19

Ratu Elizabeth II menyambut Boris Johnson saat pertemuan di Istana Buckingham, London, Inggris pada 24 Juli 2019. Boris saat itu terpilih menggantikan Theresa May sebagai Perdana Menteri Inggris. ANTARA FOTO/Victoria Jones/Pool via REUTERS/File Photo

Menyikapi persoalan ini, Boris menyatakan siap untuk memberlakukan langkah-langkah nasional untuk mengecilkan angka penyebaran COVID-19. Salah satu kebijakan pemerintah di Inggris ialah "circuit-breaker", memutus lingkaran penyebaran di Inggris.

Sektor perhotelan dan restoran terkena dampak dari lockdown ekstra yang ditetapkan oleh pemerintah. Penerapan jam malam dan lockdown wilayah juga telah diterapkan di beberapa wilayah, seperti Yorkshire dan Midlands. Tidak hanya itu, Inggris telah menetapkan larangan pertemuan sosial lebih dari enam orang, termasuk anak-anak.

Baca Juga: Inggris Bersiap Hadapi Gelombang Kedua COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya