TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kesaksian WNI di Christchurch: Korban Bergelimpangan, Darah Berceceran

WNI yang selamat menceritakan kisah itu pada IDN Times

IDN Times/Sukma Shakti

Christchurch, IDN Times – Moh Kevin Avisena masih ingat betul bagaimana gerombolan penembak memasuki masjid dan mematik senapan mesinnya dan menembaki jemaah Masjid Al Noor dengan membabi-buta pada Jumat (15/3). Ia adalah salah satu jemaat masjid yang selamat, di antara korban tewas di masjid tersebut.

Semuanya terjadi dengan singkat, namun Kevin masih ingat bagaimana peristiwa yang dialaminya berlangsung. Kini, ketika dihubungi IDN Times lewat sambungan WhatsApp, ia sudah berada di tempat aman tanpa luka.

Bagaimana caranya Kevin selamat dari peristiwa tersebut?

1. Berlari keluar masjid bersama jemaah lainnya

Facebook/@Ainullotfi Abdul-Latif

Kevin, yang juga Wakil Presiden Eksekutif Humas Media PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Canterbury itu, bercerita bahwa ketika peristiwa terjadi ia tengah berada di sudut masjid. Gerombolan teroris itu kemudian memasuki bangunan masjid, dengan membawa senapan mesin.

“Pas penembakan saya berada di pojokan, dan kumpul, diam di pojok dengan banyak orang. Yang saya lihat itu dua orang (Penembak)” kata Kevin, Jumat (15/3).

Setelah suara senapan tak lagi terdengar, salah seorang jemaat masjid kemudian berteriak memberi petunjuk bahwa masjid dalam keadaan aman. “(Saya) bisa escape itu pada saat ada orang yang teriak kalau gunners-nya sudah pergi,” ujar kevin.

2. Melihat darah di mana-mana

Twitter/@MatthewKeysLive

Mendengar teriakkan itu, tanpa pikir panjang Kevin lantas beranjak dari duduknya. Ia berlari sekencang mungkin bersama rombongan jemaah lainnya yang selamat.

“Lalu ya saya beranjak berdiri, dan banyak banget anak muda, anak kecil, bapak-bapak, semua bergeletak dan darah di mana-mana,” tuturnya.

Kevin lari secepat-cepatnya, mencari jalan paling singkat untuk keluar dari zona penyerangan teroris tersebut. “Lalu ya saya manage to escape dengan memanjat pagar rumah orang,” ujar Kevin.

3. Polisi datang sepuluh menit kemudian

Ilustrasi Terorisme. (IDN Times/Sukma Shakti)

Tidak lama, sekitar sepuluh menit setelah peristiwa tersebut, aparat kepolisian yang dibarengi dengan rentetan mobil ambulans, mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).

“Aparat datang sepuluh menit setelah saya escape, dan saya dengar sirine datang,” katanya.

4. Muslim di Selandia Baru tidak punya masalah

Twitter/@tictoc

Dewan Imam Australia (ANIC) langsung menerbitkan rilis terkait dengan adanya peristiwa penembakan di dua masjid (Al Noor dan Linwood) di Kota Christchurch. Menurut mereka, penyebab utama dari serangan tersebut adalah Islamofobia.

Islamofobia merupakan istilah yang menerangkan prasangka dan diskriminasi pada penganut ajaran Islam. Istilah tersebut sudah ada pada medio 1980-an, dan mulai tenar digunakan saat serangan teroris pada 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Menurut ANIC, jumlah penduduk dengan sikap diskriminasi pada kelompok muslim terus meningkat baik di Australia, mau pun Selandia Baru. Berdasarkan laporan yang diterima, ANIC menduga salah satu pelaku merupakan orang Australia yang terkait dengan kelompok supermasi kulit putih.

Mendengar alasan itu, Kevin tentu bertanya-tanya. Pasalnya, selama dua tahun tinggal di Selandia Baru (Sejak 2017), ia tak merasakan diskriminasi dari penganut agama di luar Islam.

“Saya kenal banyak sama orang orang dari berbagai negara, agama, pokoknya apalah itu, tapi tidak pernah jadi masalah. Dan mereka semua sangat toleren tentang agama orang lain, sangat sangat toleran,” katanya.

Baca Juga: [BREAKING] Kesaksian WNI yang Selamat dari Penembakan di Christchruch

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya