Uji Coba Fase 3 Vaksin Valneva Tunjukkan Hasil Positif
Valneva sedang berusha mendapatkan izin penggunaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perusahaan farmasi asal Prancis Valneva yang mengembangkan vaksin COVID-19 merilis hasil uji coba fase ketiga pada hari Senin (18/10/2021). Hasil uji coba menunjukkan vaksin dapat bekerja dengan baik dalam melawan virus corona.
Dalam pengembangan vaksin ini Valneva mencoba membandingkan vaksin buatan AstraZeneca dengan milik mereka. Hasilnya menunjukkan vaksin Valneva menghasilkan tingkat imun yang lebih tinggi dibandingkan AstraZeneca.
1. Hasil uji coba menunjukkan tingkat antibodi penetralisir di atas 95 persen
Melansir dari The Guardian, uji coba fase tiga dilakukan di 26 lokasi uji coba di Inggris Raya, melibatkan 4.012 subjek berusia 18 tahun ke atas, 1.040 orang di bawah 30 tahun diberi dua dosis Valneva dengan selang waktu 28 hari, sedangkan peserta lainnya, berusia 30 tahun ke atas diberikan dua dosis Valneva atau AstraZeneca.
Hasil dari uji coba ini menunjukkan vaksin Valneva memiliki tingkat antibodi penetralisir di atas 95 persen, sekitar 40 persen lebih tinggi rata-rata daripada vaksin AstraZeneca yang yang disuntik kepada peserta.
Hasil uji coba ini juga menunjukkan vaksin Valneva memiliki lebih sedikit efek samping. Namun, kurang dari 1 persen dari peserta yang diberikan salah satu vaksin melaporkan mengalami gejala buruk. Tidak ada subjek yang mengembangkan kasus yang parah.
Profesor Adam Finn dari University of Bristol, yang merupakan ketua uji coba ini mengatakan vaksin Valneva dibandingkan terhadap vaksin AstraZeneca untuk mengetahui kemajuran vaksin, karena dengan plasebo tidak dapat mengukur efektivitas.
Baca Juga: Rusia Uji Coba Vaksin COVID-19 Versi Semprotan Hidung
Editor’s picks
Melansir dari The Independent, dibandingkan AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer, vaksin buatan Valneva memiliki desain yang lebih tradisional. Valneva mengembangkan vaksin dengan menggunakan virus utuh yang tidak aktif, yang mengandung materi genetik Sars-CoV-2 yang telah dihancurkan, sehingga virus tidak dapat menyebabkan infeksi dan replikasi di dalam tubuh.
Dalam proses mematikan virus vaksin ini berusaha mempertahankan struktur protein lonjakan virus, yang membantu tubuh mengidentifikasi zat tersebut sebagai zat asing dan menginduksi respons imun. Cara ini mirip dengan yang digunakan untuk vaksin flu musiman, hepatitis A, polio, dan rabies.
Profesor Finn mengatakan vaksin yang dikembangkan Valneva telah berada di jalur yang tepat untuk memainkan peran penting dalam mengatasi pandemik COVID-19.
CEO Valneva Thomas Lingelbach mengatakan hasil uji coba ini telah menunjukkan keuntungan dari penggunaan virus utuh yang tidak aktif. Dia mengatakan akan segera mengajukan lisensi vaksin dan yakin dapat berkontribusi dalam membantu melawan COVID-19.
Baca Juga: Rusia Uji Coba Vaksin COVID-19 Versi Semprotan Hidung
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.