TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perbudakan Seksual Mengintai Anak-Anak di Rumania

Anak-anak Rumania rawan menjadi korban perdagangan anak

ilustrasi seorang anak perempuan melihat ke arah luar melalui jendela (unsplash.com/Rod Long)

Jakarta, IDN Times - Perdagangan manusia adalah kejahatan terstruktur dan terintegrasi yang marak terjadi di Rumania. 

Menurut Laporan Departemen Luar Negeri AS tentang Perdagangan Manusia tahun 2021, Rumania menjadi negara sumber utama perdagangan seks dan tenaga kerja di Eropa.

Pada 2020, sebagian besar korban perdagangan manusia yang teridentifikasi adalah korban perdagangan seksual, yakni sebanyak 72 persen. Mirisnya, separuh dari jumlah korban perdagangan seksual adalah anak-anak.

Dilansir The Sun UK, Radue Nicolae, seorang pakar kejahatan terorganisir, mengungkapkan bahwa anak-anak perempuan usia 14 hingga 16 tahun kerap menjadi target perdagangan manusia di Rumania. 

“Mereka menargetkan wanita muda, semuda mungkin, dan terutama anak di bawah umur,” kata Nicolae.

"Klien membayar lebih banyak dan datang lebih sering untuk gadis-gadis muda," lanjutnya. 

1. Perdagangan manusia menjadi bisnis yang menguntungkan dan marak terjadi di Rumania

ilustrasi dua orang bersepakat dan berjabat tangan (pixabay.com/Capri23auto)

Perdagangan manusia di Rumania menjadi bisnis yang menguntungkan dengan risiko yang kecil. Kemiskinan, korupsi, ketidaksetaraan sosial, pembangunan yang tidak merata, dan penegakan hukum yang lemah sangat mungkin menjadi faktor-faktor yang memengaruhi maraknya praktik perdagangan manusia di Rumania.  

Dilansir The Sun UK, Silvia Tabusca, seorang dosen hukum, mengatakan bahwa perbudakan modern telah menjadi salah satu ekspor paling berharga Rumania. Anak laki-laki dan perempuan dikirim ke luar negeri untuk menghasilkan uang bagi para geng atau pedagang gelap.

Silvia juga mengungkapkan bahwa banyak anak perempuan yang berusia 13 tahun dipaksa menjadi pelacur.

Keuntungan yang dapat dikumpulkan dari perbudakan seks sangat besar. Setiap perempuan yang dieksploitasi menghasilkan antara £500 dan £700 per hari. Sementara itu, mucikari mereka dapat memperoleh £12.500 per bulan atau £135.000 per tahun dari seorang gadis yang dieksploitasi.

Namun, para perempuan yang diperbudak itu sendiri sering diketahui tetap jatuh miskin karena dipaksa untuk menyerahkan semua uang yang mereka hasilkan kepada pedagang gelap yang membawa mereka.

Baca Juga: Hari Internasional Penghapusan Perbudakan, Begini Kondisi di Indonesia

2. Inggris sering menjadi negara tujuan perdagangan manusia dari Rumania

ilustrasi seorang wanita menangis dan menutup wajah (pexels.com/Kat Smith)

Korban perdagangan manusia dari Rumania sering dieksploitasi ke negara tetangga terdekatnya, yakni Inggris. Sekitar tiga perempat perempuan yang diperdagangkan ke Inggris berasal dari Rumania dan mayoritas dieksploitasi dalam perdagangan seksual.

“Inggris adalah negara yang paling menjanjikan dan terdekat dengan negara kita," ungkap Iona Sandescu, Direktur Pencegahan dan Advokasi eLiberare, dikutip dari ITV News UK.

"Ketika mereka sampai di sana [Inggris], impian mereka untuk kehidupan yang lebih baik berubah menjadi mimpi buruk. Jika mereka tidak mencapai apa yang ingin mereka capai di luar negeri, maka mereka tidak bisa pulang karena malu," lanjutnya.

"Rumania memiliki budaya berbasis rasa malu. Anda tidak hanya gagal di mata Anda, tetapi Anda juga gagal di mata komunitas dan keluarga Anda," imbuh Sandescu.

3. Metode "kekasih" adalah metode perekrutan yang manipulatif dan paling mengerikan

Seorang anak perempuan Rumania korban perdagangan seksual tinggal di sebuah penampungan anak-anak milik Iana Matei dan sedang melakukan panggilan telepon. (dok. Youtube/BBC News)

Perbudakan manusia di Rumania dijalankan melalui berbagai aksi dan metode perekrutan. Terkadang, orang tua menjual anak-anak mereka.

“Seorang pria memberi tahu saya bahwa dia membeli seorang gadis 15 tahun dari ayahnya dan karena dia masih di bawah umur, dia membayar ekstra kepada sang ayah untuk membawa gadis itu ke apartemennya di Austria," ungkap Radue Nicolae. 

Laetitia Gotte, Presiden Asociatia Freeaya, mengungkapkan bahwa ia pernah melihat ibu yang memperdagangkan anak perempuannya. Ia juga mengetahui kasus perdagangan anak di bawah umur yang melibatkan staf panti asuhan.

Metode lain yang dilancarkan adalah dengan menculik anak-anak. Pelaku dapat melancarkan aksi penculikannya dimana saja, termasuk di depan sekolah. 

Selain itu, cara lain yang dilakukan pelaku adalah dengan memberikan pinjaman dengan suku bunga sangat tinggi kepada korban secara langsung atau keluarga berpenghasilan rendah dengan menukarkan anaknya. Kemudian, pelaku akan memperdaya keluarga korban dengan mengeluh bahwa anak mereka memiliki pendapatan rendah dan pengeluaran tinggi sehingga keluarga tersebut harus menyerahkan anaknya yang lain demi melunasi hutang-hutangnya. 

Metode terakhir yang tak kalah manipulatif dan mengerikan adalah metode "kekasih". Anak-anak perempuan Rumania diperdaya oleh pelaku yang berpura-pura mencintai mereka. 

Para pelaku tersebut melancarkan aksinya di halaman sekolah, kemudian merayu para gadis. Biasanya, gadis-gadis muda Rumania dari latar belakang ekonomi yang rendah menjadi target metode perekrutan ini.

Para korban dirayu oleh pelaku dengan janji palsu hubungan kerja, kehidupan yang lebih baik, dan gaya hidup mewah di masa depan. Namun kenyataannya, para korban justru akan dieksploitasi secara seksual di Rumania atau dikirim ke negara lain, seperti Inggris, Irlandia dan Jerman.

Baca Juga: PM Rumania Tolak Terlibat Skandal Plagiarisme

Writer

Malinda Khaila

Just do it^^

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya