TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dubes AS untuk PBB Desak Internasional Tekan Militer Myanmar 

Dubes AS juga menyinggung masalah Iran, Rusia dan Tiongkok

Linda Thomas-Greenfield, Dubes AS untuk PBB.(Instagram.com/uwmadison)

New York, IDN Times - Duta besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mendesak komunitas internasional di PBB untuk semakin memberikan tekanan kepada militer Myanmar atau Tatmadaw. Amerika Serikat berharap bisa mengembalikan demokrasi secara meluas di Myanmar.

Linda Thomas-Greenfield menyampaikan hal tersebut pada Senin (1/3) dalam sebuah konferensi persnya. Selain menyampaikan dukungan kepada rakyat Myanmar, dia juga menyinggung beberapa persoalan dengan Iran, Rusia dan Tiongkok serta ingin membahas permasalahan tersebut.

1. AS mendukung rakyat Myanmar

Suasana kacar demonstrasi di Myanmar. (Twitter.com/Borahae BTS Myanmar)

Pada 1 Februari, militer Myanmar yang disebut Tatmadaw melakukan kudeta. Kelompok militer tersebut juga menahan Aung San Suu Kyi, pemimpin The National League for Democracy (NLD), partai yang memenangkan pemilu Myanmar pada November 2020. Beberapa pemimpin senior partai juga ditahan.

Dalam proses kudeta militer, rakyat Myanmar menolaknya dan melakukan demonstrasi sebagai upaya menentang. Tindakan keras dilancarkan oleh pasukan keamanan untuk meredam massa demonstran. Puluhan orang demonstran hingga saat ini telah dilaporkan meninggal dunia. Beberapa di antaranya terkena tembakan peluru tajam.

Melansir dari laman Associated Press, Linda Thomas-Greenfield menegaskan dukungan Amerika Serikat untuk rakyat Myanmar. "Kami mendukung mereka dengan kuat," katanya. Dia juga ingin agar komunitas internasional memberikan tekanan kepada militer Myanmar.

Dengan menggunakan nama Burma, nama negara Myanmar sebelumnya, Linda Thomas-Greenfield mengatakan dewan keamanan PBB berencana melakukan pertemuan secepatnya. Menurutnya, mata dunia saat ini fokus ke Myanmar "dan jelas kita tidak bisa duduk diam melihat orang-orang terus disiksa dan hak asasi manusia mereka dihancurkan," katanya.

Baca Juga: Sebulan Kudeta Myanmar, Lembaga HAM Desak Dunia Jatuhkan Sanksi

2. Langkah sanksi yang dilakukan oleh AS untuk militer Myanmar

Min Aung Hlaing, pemimpin junta militer Myanmar. (Twitter.com/Kenneth Roth)

Pemerintahan baru Amerika Serikat yang saat ini di pegang oleh Joe Biden memberikan respon yang kuat dalam menanggapi kudeta militer di Myanmar. Kudeta militer dianggap menciderai demokrasi di negara tersebut dan pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh personel militer telah membuat AS memberikan tekanannya.

AS, melalui Departemen Keuangannya, telah membekukan aset miliaran dolar milik daftar pemimpin kudeta dan tokoh terkait yang disimpan di Amerika. Melansir dari laman Nikkei, sanksi AS juga akan berdampak kepada para anggota keluarga, perusahaan dan pejabat yang terkait dengan junta.

Setidaknya, ada 10 daftar nama pejabat dan mantan petinggi militer Myanmar yang asetnya sudah dibekukan. AS juga akan memberlakukan "kontrol ekspor secara ketat" pada jaringan bisnis yang menguntungkan militer seperti pasokan industri, telekomunikasi, dirgantara dan perlengkapan semikonduktor.

Ada beberapa perusahaan yang terkena dampak dari kebijakan sanksi AS. Tiga perusahaan yang jelas-jelas terdampak karena memiliki kaitan erat dengan militer adalah Myanmar Ruby Enterprise, Myanmar Imperial Jade Co. , dan Cancri (Gems and Jewellery) Co. 

Baca Juga: Dipecat Sebagai Dubes Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun Akan Melawan

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya