TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gegara Air Irigasi Tercemar, 29 Warga Suriah Tewas Akibat Kolera 

Infrastruktur air di Suriah hancur karena perang saudara

Ilustrasi korban (Pixabay.com/Soumen82hazra)

Jakarta, IDN Times - Sejak bulan lalu, penyakit kolera diketahui muncul di beberapa wilayah Suriah. Pada Senin (26/9/2022), Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan 29 orang tewas akibat penyakit tersebut.

Dalam penilaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), wabah kolera di Suriah disebabkan oleh irigasi tanaman menggunakan air yang terkontaminasi. Selain itu, orang-orang juga minum air yang tidak sehat dari Sungai Efrat.

Baca Juga: Imbas Krisis Air, PBB Peringatkan Ancaman Wabah Kolera di Suriah

1. Wabah paling parah terjadi di Aleppo

Kastil Aleppo (wmf.org)

Kolera adalah diare yang disebabkan infeksi bakteri dan menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit ini mudah menular lewat air atau makanan yang terkontaminasi.

Kementerian Kesehatan Suriah, melansir Reuters, telah melakukan pengujian dan mengonfirmasi 338 kasus sejak wabah pertama kali tercatat bulan lalu. Sebanyak 230 kasus berada di provinsi Aleppo.

Dari 29 korban tewas, 25 di antaranya dipastikan meninggal berasal dari wilayah tersebut. Sisanya tersebar di seluruh negeri.

2. Warga Suriah diduga mengonsumsi air yang tidak aman

Pada pertengahan September, otoritas Suriah telah melakukan langkah pengawasan epidemiologis dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi situasi. Upaya memperkuat peningkatan pelayanan rumah sakit telah dilakukan di tengah perang saudara yang masih terjadi.

Dalam penilaian PBB, melansir Al Jazeera, kolera di Suriah diyakini terkait dengan irigasi tanaman menggunakan air yang terkontaminasi. Selain itu, warga Suriah juga minum air yang tidak aman dari Sungai Efrat yang membelah Suriah dari utara ke timur.

Kolera, yang sangat menular tersebut, juga menyebar ke wilayah timur laut dan wilayah yang dikuasai pejuang oposisi Kurdi, khususnya di bagian utara dan barat laut Suriah.

Komite Penyelamatan Internasional (IRC) yang berbasis di Amerika Serikat, mengkhawatirkan bahwa angka korban jauh lebih banyak, karena ada kemungkinan kasus-kasus yang tidak dilaporkan.

Baca Juga: KBRI Suriah Pulangkan 20 TKI dari Suriah, Ada yang Gak Digaji 11 Tahun

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya