TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menikah Tanpa Ikatan, Trend yang Menyebar di Arab Saudi

Menikah tanpa ikatan lebih murah dan mudah

Pernikahan tanpa ikatan atau misyar di Arab Saudi telah dilegitimasi secara hukum sejak tahun 1996 dan berkembang biak meski malu-malu. (Unsplash.com/Sandy Millar)

Riyadh, IDN Times - Di Arab Saudi saat ini, para pemerhati agama Islam mulai mengkhawatiran sebuah tren pernikahan tanpa ikatan. Pernikahan yang dimaksud adalah pernikahan yang dilakukan secara sembunyi tapi dianggap sah karena ada wali, kesepakatan kontrak dan juga tercatat secara resmi. Istilahnya adalah "misyar."

Tren ini sebenarnya telah mulai muncul di pertengahan tahun 1990-an. Meski begitu, saat itu masih dianggap sangat tabu dan belum menyebar seperti saat ini. Kini, dengan adanya teknologi media aplikasi, tren misyar semakin menyebar dan dikhawatirkan menjadi tempat bersembunyi yang digunakan sebagai legitimasi pergaulan bebas di negara yang memiliki kiblat umat Islam tersebut.

1. 'Misyar' biasanya dilakukan sementara, rahasia dan bukan ikatan selamanya

Dalam setiap pernikahan, dipahami bahwa ikatan yang terjalin antara pria dan wanita akan dipegang sampai meregang nyawa. Hampir tidak ada pernikahan yang diniatkan akan putus di tengah jalan. Karena itu, pernikahan adalah peristiwa penting, apalagi dalam kehidupan umat Islam, yang diyakini bahwa itu adalah bagian dari kesempurnaan ibadah.

Dalam Islam sendiri, meski perceraian itu diperbolehkan, akan tetapi itu adalah perbuatan yang dibenci dan sangat diharapkan tidak pernah terjadi dalam sebuah rumah tangga.

Tapi di Arab Saudi, ada sebuah tren pernikahan, yang dibuat berdasarkan kontrak dan biasanya dilakukan hanya untuk sementara, bukan untuk selamanya seperti ikatan pernikahan tradisional. Mengapa ini terjadi?

Melansir laman France24, tren ini muncul karena pria yang kekurangan uang, yang tidak mampu membuat pernikahan tradisional di Saudi yang mahal, yang tidak mau stress poligami, dan menghindarkan mereka dari perbuatan zina. Alasan ini juga berlaku bagi perempuan yang ingin segera melepaskan kelajangannya, tapi tak terlalu ingin tunduk pada budaya patriarki yang mengekang.

Secara hukum pemerintahan, misyar ini rupanya telah dilegitimasi oleh hukum di Saudi selama beberapa dekade. Tapi ini adalah sebuah perbuatan yang tetap dianggap tabu, sampai kemudian para kritikus angkat bicara, bahwa misyar bisa jadi alasan untuk bersembunyi dari hasrat pergaulan bebas.

Wawancara telah dilakukan kepada lebih dari selusin mak comblang dan pasangan misyar. Informasi yang dihimpun menawarkan banyak informasi yang masih diselimuti kerahasiaan, tabu dan rasa malu, meskipun pada dasarnya misyar ini rupanya telah menjamur. Selain itu, misyar rupanya dilakukan secara rahasia, yang biasanya istri pertama dan mertua atau orang tuanya, tidak mengetahui bahwa si pria telah memiliki istri lain.

Baca Juga: Koalisi Saudi Hancurkan 6 Drone Houthi di Langit Arab Saudi

Ada alasan lain selain yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang mendasari mengapa praktek misyar ini sebenarnya telah menjamur di Saudi. Alasan tersebut adalah, dalam Islam yang diperbolehkan poligami, ada syarat hukum bahwa setiap istri harus diperlakukan sama secara adil.

Untuk kasus misyar, tanggung jawab memperlakukan adil ini bisa dinegosiasikan berdasarkan kontrak yang ditandatangani. Beberapa hak wanita dalam pernikahan konvensional seperti hidup bersama, dukungan finansial, dan hak istri lain adalah semua tanggung jawab pria, tetapi dalam misyar, itu semua bisa dilepaskan. Semua berdasarkan kontrak yang ditawarkan.

Melansir laman Insider Voice, seorang pegawai pemerintah Saudi berusia 40-an yang telah menjalin hubungan misyar dengan janda berusia 30-an selama lebih dari dua tahun mengatakan bahwa "misyar menawarkan kenyamanan, kebebasan dan kebersamaan yang halal," jelasnya. Dia juga menambahkan bahwa "teman saya memiliki 11 istri misyar rahasia. Dia menceraikan dan menikahi yang lain, menceraikan dan menikahi yang lain," katanya. 

Misyar ini juga salah satu cara poligami yang disebut menguntungkan tanpa harus stres mempertahankan rumah tangga kedua. Tren ini juga bisa dianggap menguntungkan bagi pekerja ekspatriat yang tidak ingin terjerumus pada hubungan seksual di luar nikah.

Seorang apoteker yang berasal dari Mesir dan bekerja di Riyadh mengatakan "misyar lebih murah. Tidak ada mahar, tidak ada kewajiban,” katanya.

2. 'Misyar' dianggap menawarkan kemudahan dan kebersamaan yang dihalalkan

Baca Juga: 5 Hidangan Tradisional Khas Arab Saudi Paling Populer, Rasa Autentik!

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya