TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PBB: Kebanyakan Penjahat Daring di Asia Tenggara Korban TPPO 

Para korban diperlakukan tidak manusiawi

ilustrasi (Unsplash.com/Road Ahead)

Jakarta, IDN Times - Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) mengatakan, ratusan ribu korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dipekerjakan di Asia Tenggara. Mereka mengatakan bahwa para korban mungkin dipaksa bekerja di bidang penipuan daring, mulai dari judi hingga kripto.

Negara di Asia Tenggara yang disebut menjadi negara tujuan atau transit adalah Laos, Filipina, Kamboja dan Thailand. Para korban diperlakukan secara tidak manusiawi dan dipaksa melakukan berbagai bentuk kejahatan digital.

Baca Juga: 17 WNI Korban TPPO Online Scamming Myanmar Dipulangkan

1. Korban trafficking dipaksa jadi penjahat

Ilustrasi hacker. (pexels.com/Sora Shimazaki)

PBB mengatakan, Asia Tenggara telah menjadi salah satu wilayah geng kriminal terorganisir khususnya terkait aktivitas kriminalitas daring. Dalam laporan resmi yang dirilis OHCHR pada Selasa (29/8/2023), geng kriminal itu melakukan aktivitas penipuan investasi berdasar hubungan percintaan, penipuan kripto, atau perjudian ilegal.

"Orang-orang (korban trafficking) yang dipaksa bekerja dalam operasi penipuan ini mengalami perlakuan tidak manusiawi saat dipaksa melakukan kejahatan. Mereka adalah korban. Mereka bukan penjahat," kata Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk.

OHCHR juga menjelaskan, para korban menerima serangkaian pelanggaran, termasuk ancaman keselamatan, jadi sasaran penyiksaan, dan hukuman kejam yang merendahkan martabat manusia. Mereka juga jadi korban kekerasan seksual, kerja paksa, dan penahanan sewenang-wenang.

2. Korban yang dipaksa jadi penjahat berasal dari berbagai benua

Korban trafficking yang kemudian dibawa ke negara-negara Asia Tenggara telah menjadi masalah besar di Asia. Mereka dijebak dan dipaksa berpartisipasi dalam penipuan melalui dunia internet.

Dilansir US News, para korban penipuan rata-rata kehilangan 160 ribu dolar AS atau sekitar Rp2,4 miliar. Salah satu metode penipuan menggunakan skrip canggih yang dikirim lewat media sosial.

Para korban yang dipaksa untuk jadi penjahat berasal dari kawasan Asia Tenggara dan China. Ini termasuk dari Hong Kong, Taiwan, dan Asia Selatan. Bahkan ada catatan para korban berasal lebih jauh lagi, yakni Afrika atau Amerika Latin.

Baca Juga: Myanmar Usir Diplomat Timor Leste

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya