TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PBB: Wilayah ISIS di Mali Berlipat Ganda Kurang dari Setahun

Mali jadi rute perdagangan narkoba dan penyelundupan manusia

Ilustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Para pakar PBB merilis laporan perkembangan kelompok ISIS yang beroperasi di Mali. Mereka mengatakanmalimali kelompok tersebut telah melipagandakan wilayah yang dikuasai dalam waktu kurang dari satu tahun.

Wilayah yang banyak dikuasai oleh ISIS adalah di Menaka timur dan sebagian besar wilayah Ansongo di Gao utara.

Kemajuan ISIS disebut karena kebuntuan implemetansi perjanjian perdamaian yang ditandatangai pada 2015 oleh tiga pihak, yakni pemerintah, milisi pro-pemerintah dan kelompok yang menginginkan otonomi Mali Utara.

Jama'a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda, mengambil keuntungan melemahnya perjanjian itu. Mereka kini memiliki kesempatan sebagai satu-satunya kekuatan yang mampu melindungi Sahara Besar, termasuk Mali Utara.

Baca Juga: PBB: 50 Warga Sipil Mali Tewas Dibunuh Tentara Mali

Baca Juga: Presiden Mali Telepon Putin, Bicarakan soal Kudeta Niger

1. Ikhtisar perjuangan kelompok militan dari Mali utara

ilustrasi milisi (Unsplash.com/Randy Fath)

Apa yang dikhawatirkan dalam laporan para pakar PBB adalah kelompok ISIS dan afiliasi al-Qaeda memiliki peluang untuk mengulangi skenario tahun 2012. Itu merupakan tahun ketika Mali mengalami kudeta militer dan kelompok militan membentuk negara Islam di bagian utara negara tersebut.

Prancis kemudian diminta untuk membantu melancarkan operasi militer yang berhasil merontokkan kekuasaan militan dari wilayah utara. Tapi, dilansir National News, kelompok itu kemudian berpindah ke Mali tengah yang lebih padat pada 2015 dan masih aktif hingga kini.

Pada 2015, terjadi penandatanganan perdamaian melibatkan pemerintah, milisi pro-pemerintah dan kelompok yang menginginkan otonomi Mali Utara. Implementasi perjanjian tidak berjalan mulus dan kelompok militan terus beraktivitas di Mali tengah.

"Dalam waktu kurang dari setahun, ISIS di Sahara Besar telah melipatgandakan wilayah kekuasaannya di Mali," kata PBB. Ini khususnya di wilayah pedesaan di Menaka timur dan sebagian besar wilayah Ansongo di Gao.

2. Militan afiliasi al-Qaeda mendapat keuntungan

Perjanjian pada 2015 khususnya fokus pada perlucutan senjata, demobilisasi dan reintegrasi kombatan ke dalam masyarakat. Ini khususnya para pejuang dari JNIM yang terkait al-Qaeda. Mereka ini yang bersaing dengan ISIS memperebutkan kepemimpinan di Mali utara.

Dilansir Al Jazeera, lemahnya perjanjian dan terus berlangsungnya serangan kelompok ISIS telah mengikis kepercayaan para penandatanganan. Aktor yang seharusnya menjadi penyedia keamanan dinilai lemah dan tidak dapat diandalkan bagi masyarakat yang jadi korban militan.

JNIM mendapat keuntungan dan pelemahan tersebut. Kini, kelompok itu memposisikan diri sebagai satu-satunya aktor yang mampu melindungi masyarakat dari serangan ISIS. Penguasa Mali hanya melihat dari jauh konfrontasi ISIS dan JNIM dari kejauhan.

Baca Juga: Tolak Intervensi Militer, Mali-Burkina Faso Kirim Delegasi ke Niger

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya