TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Situasi Gempa Turki Terkini: Kisah Memilukan para Korban

Ada suara minta tolong dari bawah reruntuhan bangunan

Gempa Turki (twitter.com/ArafehLaith)

Jakarta, IDN Times - Gempa Turki yang dahsyat dan mematikan pada Senin (6/2/2023), membuat Ankara mengumumkan status darurat tingkat empat. Ini berarti Turki meminta bantuan internasional dan akan mengerahkan semua pasukan untuk membantu menangani bencana tersebut.

Banyak negara yang telah berjanji mengirimkan bantuan, baik itu tim medis maupun bantuan kemanusiaan lain. Canberra akan membantu Ankara sebanyak 10 juta dolar Australia atau Rp104 miliar. Korea Selatan, dikabarkan akan segera mengirim tim penyelamat. Bantuan dari negara lain segera meluncur.

Saat ini, para petugas penyelamat dan relawan di Turki sedang berupaya keras untuk mencari para korban, baik itu yang selamat atau meninggal. Mereka mencari di bawah puing reruntuhan bangunan, beradu cepat dengan salju yang turun yang mengancam para korban.

Berikut ini adalah situasi dan beberapa kisah tentang para korban dan para penyintas dari gempa bumi di Turki.

Baca Juga: Gempa Turki Terasa di Suriah, Dubes Beberkan Kondisi WNI

Baca Juga: Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Gempa Turki 

1. Ancaman hipotermia untuk korban yang berada di bawah reruntuhan

ilustrasi (Unsplash.com/Aaron Burden)

Saat ini, usai dua gempa bumi beriringan yang menghancurkan Turki tenggara, ribuan petugas penyelamat dikerahkan. Para korban yang berada di bawah reruntuhan bangunan menghadapi musuh yang tangguh, yakni hipotermia. Ini karena salju mulai turun di Turki.

Dilansir Middle East Eye, Mikdat Kadioglu, insinyur meteorologi dan spesialis manajemen bencana, mengatakan bahwa petugas penyelamat harus bergegas. Para korban yang bertahan di bawah reruntuhan secara umum hanya memiliki kesempatan penyelamatan dalam 72 jam.

Kota yang terdampak gempa seperti Malatya, Kahramanmaras, Gaziantep dan Diyarbakir menghadapi cuaca dingin, hujan dan salju. Suhu terus turun mendekati nol derajat Celcius sehingga hipotermia jadi musuh utama para korban.

Meski ribuan tim penyelamat telah dikerahkan, tapi banyak orang di di Hatay dan Kahramanmaras mengeluh bahwa mereka kekurangan tim untuk menggali puing-puing. 

2. Berteriak agar didengar korban yang ada di bawah reruntuhan

Dengan ribuan bangunan yang runtuh, termasuk rumah dan apartemen, para petugas penyelamat dan relawan terus berusaha mencari korban selamat yang tertimbun reruntuhan.

Salah satu kisah penyelamatan terjadi di Pazarcik di provinsi Kahramanmaras. Seorang lelaki berhasil diselamatkan dan dibawa dengan tandu, kutip Associated Press. Proses penyelamatan terjadi saat hari gelap, hujan dan udara dingin menusuk tulang.

Di lokasi lain, petugas penyelamat berteriak agar bisa didengar oleh korban yang mungkin selamat dan menjawab teriakannya. Saat ada orang yang menyahut teriakan itu, petugas berjongkok, mencoba melihat di sela-sela beton yang hancur. Mereka harus merangkak untuk masuk di ruang-ruang sempit untuk menjangkau orang yang selamat.

Namun di tempat lain di Pazarcik, seorang penduduk bernama Hasan Birbalta mengaku keluarganya masih berada di bawah reruntuhan.

"Dua cucu saya, menantu perempuan saya, semuanya ada di dalam. Mereka belum keluar," kata Birbalta. Dia menunggu petugas menyelamatkan keluarganya tersebut.

3. "Ada suara minta tolong, tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka"

Gempa 7,8 M mengguncang Turki, Senin (6/2/2023). (dok.Official Twitter Account of the Republic of Türkiye Ministry of National Defence)

Hujan, salju dan udara yang membeku jadi penghambat upaya pencarian korban di wilayah Turki. Deniz, seorang pria di Hatay menangis di tengah hujan. Dia mengatakan mendengar para korban yang terjebak tapi tidak ada petugas penyelamat yang datang.

"Kami hancur. Ya Tuhan. Mereka berseru. Mereka berkata, 'Selamatkan kami,' tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Tidak ada seorang pun sejak pagi," kata Deniz dikutip BBC.

Pasukan penyelamat dan relawan terus mengalir ke Turki. Tapi Karem Kinik, Presiden Bulan Sabit Merah, memperingatkan para relawan untuk tidak mengendarai mobil ke zona gempa guna menyumbangkan bantuan.

"Kendaraan (bisa) jatuh pada patahan patahan 50m di jalan (akibat gempa). Ada salju dan es di jalan," jelasnya.

Kinik meminta orang-orang untuk menyumbangkan makanan, selimut, mantel, sepatu bot dan donor darah ke Bulan Sabit Merah yang akan mendistribusikan bantuan tersebut.

4. Masih ada tanda kehidupan di bawah reruntuhan

Suasana menghancurkan juga terlihat di kota Sanliurfa, tenggara Turki. Banyak korban selamat dari gempa, dibawa oleh kendaraan menuju luar kota guna menjauhkan mereka dari trauma.

Tapi penyintas lain, memilih untuk berusaha membantu korban yang masih ada di bawah reruntuhan bangunan. Salah satunya adalah Omer El Cuneyd.

"Ada keluarga yang saya kenal di bawah reruntuhan. Sampai jam 11 atau siang, teman saya masih menjawab telepon. Tapi dia tidak lagi menjawab. Dia ada di bawah sana. Saya pikir baterainya habis," kata Cuneyd berharap adanya keajaiban, kutip The Guardian.

Sampai saat ini, korban tewas akibat gempa Turki telah lebih dari 4.300 orang. Kemungkinan angka korban akan terus bertambah seiring dengan operasi penyelamatan yang terus dikebut.

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya