Kronologi Lengkap Kudeta Myanmar yang Picu Demo Berdarah
Demonstrasi di Myanmar diwarnai aksi represif polisi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Myanmar tengah dilanda kekacauan politik yang memilukan, di mana jalan-jalan negara itu telah dipenuhi para demonstran anti kudeta selama tiga pekan terakhir. Demo yang berlangsung bahkan sering dibarengi aksi kekerasan oleh pihak kepolisian dan membuat banyak korban sipil berjatuhan.
Hal tersebut tidak hanya membuat berbagai lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) melayangkan kecaman, tapi juga memancing beberapa negara di seluruh belahan dunia turut mengeluarkan ancaman.
Kekacauan itu telah terjadi sejak militer Myanmar, Tatmadaw, melakukan kudeta atau merebut kekuasaan dari pemerintah resmi negara tersebut pada 1 Februari 2021.
Berikut adalah kronologi lengkap kejadian yang memicu lahirnya kudeta militer dan demo besar tersebut:
Baca Juga: Dalam Sehari, 18 Pendemo Tolak Kudeta Militer Tewas di Myanmar
Baca Juga: Dalam Sehari, 18 Pendemo Tolak Kudeta Militer Tewas di Myanmar
1. Tatmadaw memprotes hasil pemilu
Pada 8 November 2020, pemerintah Myanmar mengadakan pemilihan umum (pemilu) yang dimenangkan oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. NLD memenangkan 82 persen kursi yang diperebutkan dalam pemilihan umum itu.
Sementara itu, proksi Tatmadaw Union Solidarity and Development Party (USDP) memenangkan hanya 6 persen kursi.
Tatmadaw, yang telah memimpin Myanmar selama puluhan tahun sebelumnya, memulai klaim tidak berdasar tentang adanya kecurangan dalam pemilu tersebut dan melakukan kudeta.
Baca Juga: Dubes AS untuk PBB Desak Internasional Tekan Militer Myanmar
Sejak saat itu, pendemo tak berhenti melakukan demonstrasi di seluruh sudut jalan Myanmar. Petugas kepolisian bereaksi demi membubarkan para demonstran, termasuk dengan menggunakan kekerasan.
Pada 9 Februari 2021, polisi dilaporkan menembak kepala seorang warga bernama Mya Thwe Thwe Khaing dalam sebuah demo di Naypyidaw. Wanita berusia 20 tahun itu meninggal karena luka yang dideritanya pada 19 Februari 2021. Akibat kericuhan yang tak terkendali, lebih dari 300 anggota parlemen terpilih bergabung dengan Komite Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) untuk menentang junta.
Namun, Tatmadaw langsung menyusun Undang-Undang Keamanan Siber, yang isinya melanggar privasi digital dan kebebasan berbicara, demi meredam perbedaan pendapat yang ada.
Di saat yang sama, Tatmadaw memulai persidangan rahasia untuk Aung San Suu Kyi dan Win Myint, tanpa kehadiran pengacara pembela.
Baca Juga: Sebulan Kudeta Myanmar, Lembaga HAM Desak Dunia Jatuhkan Sanksi
Baca Juga: Sebulan Kudeta Myanmar, Lembaga HAM Desak Dunia Jatuhkan Sanksi