TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Telepon Merkel, Putin Bahas Produksi Vaksin Rusia di Uni Eropa

Eropa saat ini memakai vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna

Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel (ANTARA FOTO/REUTERS/Axel Schmidt)

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas vaksin COVID-19. Mereka berdua berbicara melalui sambungan telepon pada Selasa, 5 Januari 2021.

Wakil juru bicara pemerintah Jerman, Ulrike Demmer,  mengungkapkan pada Rabu kemarin, pihaknya terbuka melakukan kerja sama bilateral yang memungkinkan vaksin COVID-19 buatan Rusia, Sputnik V, diproduksi di Uni Eropa (UE).

“Selama panggilan telepon, dia mengatakan bahwa dia terbuka untuk gagasan kerja sama bilateral untuk tujuan memanfaatkan kapasitas produksi Eropa (untuk vaksin Rusia),” kata Demmer menukil Politico.

Seorang juru bicara pemerintah Jerman yang berbasis di Brussel juga mengonfirmasi pernyataan yang sama kepada CNBC.

Baca Juga: Presiden Putin Akan Disuntik Vaksin COVID-19 Buatan Rusia, Sputnik V

1. Produksi vaksin Sputnik V di Uni Eropa tergantung EMA

Kanselir Jerman, Angela Merkel <kanan> dan Wali Kota Berlin Michael Mueller <kiri> (ANTARA FOTO/Odd Andersen/Pool via REUTERS)

Meski mengatakan membuka kans memberikan izin produksi Sputnik V di Eropa, namun pemerintahan Merkel menyebut jika semuanya tergantung kepada European Medicines Agency (EMA). Kerja sama itu bakal berjalan, dengan catatan EMA memberikan persetujuannya.

European Medicines Agency atau Badan Pengawas Obat Eropa merupakan badan yang bertanggung jawab meevaluasi produk obat di Uni Eropa. Sebelum tahun 2004, badan ini bernama European Agency for the Evaluation of Medicinal Products dan lebih dikenal dengan European Medicines Evaluation Agency.

EMA sendiri pada bulan lalu telah menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech untuk digunakan di Eropa. Rabu kemarin mereka juga baru memberikan persetujuan penggunaan vaksin corona buatan Moderna.

Sejauh ini, EMA belum menerima permintaan resmi untuk menilai vaksin COVID-19 Rusia untuk penggunaan di seluruh UE.

2. Jerman terdepan dalam vaksinasi di Eropa

Twitter/DFB_Team_EN

Jerman sejauh ini telah memberikan jumlah inokulasi tertinggi di antara 27 negara Eropa sejak Desember 2021. Jumlah tersebut bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga, seperti Belanda yang baru mulai melakukan vaksinasi pada Rabu kemarin.

Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengatakan, akan ada vaksin untuk semua orang tahun ini.

“Pada 2021, kami akan mengamankan 50 juta dosis vaksin Moderna dan 90 juta BioNTech. Itu saja sudah cukup untuk memberikan hampir semua orang vaksinasi,” kata Spahn kepada saluran televisi Jerman ZDF.

Jumlah tersebut dirasa cukup oleh Jens, karena Jerman hanya memiliki sekitar 83 juta warga.

Sebelumnya pada Rabu kemarin, Spahn juga mengatakan bakal ada pabrik Pfizer-BioNTech baru pada Februari 2021.

“Jika semuanya berjalan dengan baik akan ada pabrik Pfizer-BioNTech baru pada bulan Februari untuk meningkatkan jumlah vaksin yang tersedia di Eropa,” katanya.

BioNTech merupakan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Mainz, sebuah kota yang terletak di sungai Rhine di barat-tengah Jerman.

Meski demikian, Uni Eropa (UE) secara luas telah dikritik karena lambat dalam mendistribusikan vaksin COVID-19 dibandingkan wilayah lain di dunia, seperti Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Israel. Ketiga negara itu termasuk di antara negara yang memimpin dalam hal jumlah dosis yang telah diberikan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya