Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Abu Dhabi, IDN Times - Mantan presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, George W. Bush, mengatakan bahwa pemerintah Rusia ikut campur tangan dalam pemilu presiden 2016 lalu. Pernyataan Bush itu keluar ketika ia tengah menjadi pembicara dalam sebuah konferensi bisnis di Abu Dhabi pada Kamis (8/2).
1. Bush berkata buktinya sudah jelas
AP/Jacquelyn Martin via The Intercept Saat diwawancara di atas panggung, Bush menegaskan bahwa bukti terkait campur tangan Rusia dalam pemilu lalu sudah jelas. Hanya saja, menurutnya, apakah itu mempengaruhi hasilnya adalah pertanyaan lain. "Tapi mereka campur tangan dan itu bahaya bagi demokrasi," ucapnya, seperti dilansir Reuters.
2. Putin pandai mengeksploitasi kelemahan lawan
Bagi Bush, tindakan yang dilakukan Kremlin itu bukan hal baru. Ia menambahkan bahwa mereka juga melakukannya selama Perang Dingin dan kian mahir dalam memanipulasi opini publik di Amerika Serikat dan Eropa. Kemudian, Bush berkata bahwa Putin memiliki kemampuan yang cukup untuk ikut campur dalam proses politik di negara lain.
"Putin adalah perancang strategi yang brilian dan bisa mendeteksi kelemahan serta mengeksploitasinya," ujarnya. CNN melaporkan bahwa Bush juga berkata,"Alasan ia melakukan itu adalah karena terkikisnya Uni Soviet membuatnya tak tenang. Maka, sebagian besar langkahnya adalah untuk mendapatkan kembali hegemoni Soviet."
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Ia pun mengingatkan bahwa organisasi NATO "sangat penting" sebab yang dilakukan oleh Putin adalah "terus-menerus menekan, mencari kelemahan" siapapun yang dianggapnya sebagai musuh. Sementara itu, sejauh ini belum ada tanggapan dari pihak Gedung Putih maupun Kremlin terkait pernyataan Bush tersebut.
3. Bantahan Putin berbeda dengan temuan badan intelijen Amerika Serikat
Tudingan yang mengarah ke Rusia pun dibantah oleh Putin. Di suatu kesempatan, ia menilai itu adalah "sejenis fantasi". Sementara itu, presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pernah mengaku bahwa ia percaya dengan apa yang dikatakan Putin tentang tuduhan melakukan intervensi tersebut.
Trump kemudian memberikan komentar kontradiktif dengan berkata ia percaya kepada lembaga-lembaga intelijen Amerika Serikat. Padahal, baik CIA, NSA dan FBI telah menerbitkan laporan yang berisi konfirmasi bahwa "Putin memerintahkan sebuah kampanye pengaruh pada 2016 yang ditujukan untuk pilpres Amerika Serikat".