Demi Tekan COVID-19, Singapura Tutup Semua Sekolah dan Mayoritas Usaha
Pemerintah tegaskan pentingnya membatasi kontak fisik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Singapura, IDN Times - Pemerintah Singapura semakin mengetatkan kebijakan untuk menanggulangi wabah COVID-19 dengan menutup semua sekolah dan memerintahkan penghentian sebagian besar bisnis. Pengumuman ini disampaikan oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada Jumat (3/4).
Dikutip dari The Straits Times, peraturan tersebut mulai berlaku pada Selasa (7/4). Jenis-jenis usaha yang masih boleh beroperasi adalah yang berada di sektor bisnis dan layanan mendasar seperti penjualan makanan, pasar dan supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi publik dan perbankan.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Tenaga Kesehatan Singapura Minim Terpapar COVID-19
1. Pemerintah tidak puas dengan hasil kebijakan sebelumnya yang tetap memungkinkan adanya penyebaran virus
Perdana Menteri Lee menjelaskan bahwa alasan di balik pemberlakuan langkah ketat ini adalah karena masih ada lebih dari 50 kasus positif COVID-19 baru setiap hari dalam dua minggu terakhir. Padahal, pemerintah telah berupaya keras untuk menekan laju penyebaran virus corona.
"Awalnya, banyak kasus-kasus baru yang diimpor dari luar negeri, mayoritas adalah warga Singapura yang pulang kampung. Kemudian, minggu lalu, kami mulai mendapati adanya kasus-kasus lokal lebih banyak. Terlebih lagi, walau pelacakan kontak kami baik, hampir setengah dari kasus-kasus itu, kami tak dari mana atau dari siapa seseorang bisa terinfeksi," kata Lee.
"Ini menunjukkan bahwa ada lebih banyak orang di luar sana yang terinfeksi, tapi belum diidentifikasi. Dan mereka mungkin menularkan virus kepada orang lain tanpa disadari," tambahnya. Singapura sendiri melaporkan lebih dari 1.000 kasus di mana ada lima orang meninggal, sedangkan 266 dinyatakan sembuh.
Baca Juga: Mendagri Terima Bantuan 10 Ribu Alat Tes Covid-19 dari Dubes Singapura