TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Soal Kabut Asap, Mahathir Mohamad akan Protes ke Jokowi

Malaysia disebut segera kirim surat protes ke Indonesia

Dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda beberapa provinsi di Indonesia meluas sehingga menimbulkan kabut asap di sejumlah daerah di Malaysia. ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman

Kuala Lumpur, IDN Times - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, dilaporkan akan segera mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kabut asap yang sudah menyelubungi beberapa daerah, termasuk Kuala Lumpur.

Dilansir dari Reuters, informasi ini disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Malaysia, Yeo Bee Yin pada Kamis (12/9). Dalam beberapa waktu terakhir, Malaysia dan Indonesia saling perang komentar tentang asal kabut asap.

Baca Juga: Malaysia Protes Soal Karhutla, Ini Respons Menteri LHK 

1. Surat itu bertujuan untuk meminta perhatian Jokowi

Suasana kawasan Gombak yang diselimuti kabut asap kebakaran hutan dan lahan di pinggiran kota Kuala Lumpur, Malaysia pada 10 September 2019. ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman

"Saya telah mendiskusikan masalah ini dengan Perdana Menteri dan dia sudah sepakat untuk menulis sebuah surat untuk Presiden Jokowi guna mendapatkan perhatiannya tentang masalah kabut asap lintas batas," ujar Yeo. Menurutnya, surat tersebut akan dikirimkan ke Jakarta dalam waktu dekat. 

Pada Jumat lalu (6/9) pemerintah Malaysia sudah mengumumkan bahwa ada nota diplomatik yang dikirimkan ke Indonesia mengenai persoalan ini. "Harapannya dengan mengirimkan nota diplomatik dan melakukan kerja sama dengan seluruh negara yang terlibat, situasi akan membaik," kata Wakil Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim, Isnaraissah Munirah Majilis, seperti dikutip The Star.

2. Jakarta membantah semua kabut asap berasal dari Indonesia

Dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda beberapa provinsi di Indonesia meluas sehingga menimbulkan kabut asap di sejumlah daerah di Malaysia. ANTARA FOTO/Rafiuddin Abdul Rahman

Negara-negara yang disebut Malaysia terlibat adalah Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand. Kelima negara itu bertemu pada 6 Agustus lalu dan mengungkapkan komitmen untuk bekerja sama. Akan tetapi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya, membantah bahwa semua kabut asap berasal dari Indonesia.

"Asap yang masuk ke Malaysia, ke Kuala Lumpur, itu dari Serawak kemudian dari Semenanjung Malaya, dan juga mungkin sebagian dari Kalimantan Barat. Oleh karena itu seharusnya [Malaysia] obyektif menjelaskannya," ucapnya pada Rabu (11/9). 

Lebih lanjut, Siti Nurbaya menilai Malaysia tidak bisa serta-merta hanya menyalahkan Indonesia. "Karena pemerintah Indonesia betul-betul secara sistematis mencoba menyelesaikan ini dengan sebaik-baiknya. Tetapi memang harus jelas sumber dari mana, data dari mana. Polanya seperti apa."

3. Malaysia menilai pernyataan Siti Nurbaya hanya dalih belaka

Kabut asap menyelimuti kawasan perairan Selat Malaka di Lhokseumawe, Aceh, pada 4 September 2019. ANTARA FOTO/Rahmad

Merasa pernyataan itu tidak terbukti benar, Yeo mengunggah komentar sekaligus informasi dari Pusat Meteorologi ASEAN yang berbasis di Singapura tentang adanya 474 titik panas (hotspot) di Kalimantan dan 387 lainnya di Sumatera. Sebagai perbandingan, hanya ada tujuh titik panas di Malaysia. Informasi ini diperoleh pada Selasa (10/9).

"Mengenai klaimnya bahwa kabut asap berasal dari Serawak, coba lihat saja arah angin bertiup. Bagaimana itu bisa masuk akal?" tulisnya. "Menteri Siti Nurbaya tidak seharusnya melakukan penyangkalan."

4. Malaysia meliburkan ratusan sekolah akibat kabut asap

Kebakaran lahan gambut di kelurahan Guntung Manggis Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pada 28 Agustus 2019.

Sementara itu, karena kualitas udara yang semakin memburuk, pemerintah Malaysia memutuskan meliburkan ribuan murid. Seperti dilaporkan Bloomberg, ada lebih dari 400 sekolah yang terpaksa tutup per 10 September kemarin.

The Star menyebut sekolah-sekolah itu kemungkinan akan dibuka kembali pada Jumat (13/9) seandainya kualitas udara sudah masuk kategori layak. Sultan Pahang, Abdullah Ri'ayatuddin, mengungkapkan keprihatinan karena ada tiga sekolah di daerahnya yang juga tak bisa beroperasi. 

Baca Juga: BMKG: Tidak Ada Sebaran Asap Lintas Batas Sumatera ke Malaysia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya