Teror di London Disebut Sebagai Serangan Terhadap Demokrasi
Polisi belum ungkap identitas pelaku
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada Rabu (22/3) waktu London, sebuah taksi teror kembali terjadi. Sebuah mobil melaju kencang di atas Jembatan Westminster yang kemudian menabrak beberapa pejalan kaki. Tak lama seorang pria memasuki halaman gedung parlemen yang berlokasi di dekat jembatan.
Ia diketahui menusuk seorang anggota kepolisian. Pelaku ditembak mati oleh polisi lainnya. Dalam tragedi tersebut ada lima orang tewas, termasuk polisi bernama Keith Palmer dan pelaku yang belum diketahui identitasnya. Aksi itu juga melukai 40 setidaknya orang lainnya. Mereka yang terluka antara lain lima wisatawan Korea Selatan dan dua mahasiswa yang kebetulan berada di Jembatan Westminster.
Baca Juga: 7 Fakta Mengenai Serangan di Depan Gedung Parlemen London
Meski kepolisan mengaku menolak berasumsi mengenai identitas dan motif pelaku, tapi menduga ada pengaruh terorisme internasional.
Mark Rowley dari Kepolisan Metropolitan London mengaku masih melakukan investigasi sehubungan dengan identitas dan motif pelaku. Namun, dia menduga bahwa pelaku terinspirasi oleh aksi terorisme internasional. Meski begitu, salah satu pernyataannya tiba-tiba menyinggung tentang komunitas Muslim dan sayap kanan garis keras.
"Kita harus menyadari komunitas Muslim saat ini pasti akan merasa gelisah mengingat tindakan sayap kanan garis keras di masa lalu dan kami akan terus bekerjasama dengan semua pemimpin komunitas selama beberapa hari ke depan."
Tidak jelas apakah kepolisian secara halus mencurigai bahwa serangan di London tersebut memiliki kaitan dengan organisasi teroris yang mengatasnamakan Islam seperti ISIS. Namun, pada pernyataan selanjutnya kepolisian menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap beragam aksi kekerasan yang ditujukan untuk melahirkan rasa panik dan takut.
Baca Juga: Sambil Menangis, Pemuda Ini Mengaku Kabur dari ISIS