TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Xi Jinping Yakinkan Donald Trump Negaranya Sanggup Atasi Virus Corona

WHO meminta semua negara saling bekerja sama

Seorang pria memakai masker berjalan melewati bangunan bersejatah di sebuah taman pada malam hari saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus corona baru di Jiujang, provinsi Jiangxi, Tiongkok, pada 4 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Beijing, IDN Times - Presiden Tiongkok Xi Jinping menghubungi Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk meyakinkan bahwa negaranya sanggup mengatasi virus corona tipe baru yang hingga Jumat (7/2) telah menewaskan lebih dari 600 orang di Tiongkok, 1 di Filipina, dan 1 di Hong Kong.

Kematian Li Wenliang, seorang dokter yang disebut sebagai whistleblower, akibat terinfeksi virus corona juga menambahkan intensnya perbincangan soal wabah mematikan tersebut.

Pada 30 Desember 2019, Li mengingatkan rekan-rekannya tentang virus mirip Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS) yang menjangkit tujuh orang dari pasar ikan Wuhan. Namun, Li justru dituduh menyebarkan hoaks hingga dipaksa polisi menandatangani dokumen yang berisi pengakuan bahwa dirinya mengeluarkan komentar keliru.

Baca Juga: Reaksi Publik Tiongkok Atas Kematian Dokter Whistleblower Virus Corona

1. Xi mengatakan Tiongkok akan melakukan segala upaya untuk melawan virus corona

Presiden Tiongkok Xi Jinping mengikuti upacara sambutan di Balai Agung Rakyat, di Beijing, Tiongkok, pada 25 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee

Menurut siaran stasiun TV pemerintah yang dikutip Reuters, Tiongkok perlahan memperlihatkan hasil atas usaha merespons wabah virus corona dan percaya diri mampu mengalahkan epidemi tersebut. Xi juga mengatakan kepada Trump bahwa tak ada konsekuensi jangka panjang terhadap pembangunan ekonomi.

Xi sendiri melakukan komunikasi melalui telepon dengan Trump setelah Tiongkok menuding Amerika Serikat menyebarkan rasa takut. Ini lantaran pada Januari lalu, Washington memerintahkan evakuasi hampir semua perwakilan diplomatik di Wuhan. Usai WHO mengumumkan status darurat global, semua warga Amerika Serikat yang baru kembali dari Wuhan wajib dikarantina 14 hari.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying, menilai bahwa Amerika Serikat "hanya bisa menciptakan dan menyebarkan rasa takut" alih-alih memberikan bantuan.

"Tepatnya negara-negara berkembang seperti Amerika Serikat dengan kapabilitas pencegahan wabah yang kuat yang memimpin dalam penetapan pembatasan berlebihan yang berlawanan dengan rekomendasi WHO," tuturnya, seperti dilansir Reuters.

2. WHO tidak menyarankan pelarangan mobilitas warga antar-negara

Penjual bunga Wang Haiyan, 41 tahun, bekerja di antara bunga-bunga di dalam toko miliknya saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus corona baru di Shanghai, Tiongkok, pada 5 Februari. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Amerika Serikat bukan satu-satunya negara yang mengambil langkah demikian. Indonesia, Jepang dan Australia pun mengevakuasi warga masing-masing dari Wuhan. Beberapa maskapai penerbangan juga menghentikan layanan dari dan ke Wuhan.

Filipina sendiri tidak lagi memberikan visa on arrival bagi warga Tiongkok untuk sementara waktu. Dikutip BBC, WHO pun mengingatkan bahwa penutupan perbatasan justru bisa mempercepat penyebaran wabah terutama jika ada yang masuk ke negara lain secara tidak resmi. 

"Restriksi bisa lebih menyebabkan kerugian daripada kebaikan dengan menghalang-halangi pembagian informasi, rantai suplai medis dan membahayakan perekonomian," kata Direktur WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca Juga: Dokter Tiongkok yang Pertama Kali Peringatkan Bahaya Corona, Tewas

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya