TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

500 Orang di Turki Terinfeksi COVID-19 Usai Salat di Hagia Sophia

Diprediksi ada 1.000 jemaah OTG saat salat bersama Erdogan

Suasana salat Jumat di Hagia Sophia (Dokumentasi Kantor Presiden Turki)

Jakarta, IDN Times - Masjid Hagia Sophia kini menjadi klaster baru penyebaran COVID-19 di Turki usai warga berbondong-bondong menunaikan salat di sana. Menurut data dari seorang tenaga kesehatan yang dikutip laman Arab News, Kamis, 13 Agustus 2020, ada sekitar 500 orang yang sudah terpapar COVID-19 dan sempat ikut salat berjemaah di sana. 

Bahkan, dari ratusan orang itu termasuk anggota parlemen dan jurnalis. Hal itu bisa terjadi karena para jemaah tidak mematuhi protokol kesehatan seperti jaga jarak dan menggunakan masker. 

Tetapi, data yang disampaikan oleh pengajar di Departemen Kesehatan Publik, Universitas Hacettepe, Prof. Dr. Sarp Üner, angka warga yang terpapar COVID-19 mencapai 2.000-3.000 orang. 

"Presiden (Recep Tayyip Erdogan) mengatakan ada sekitar 350 ribu orang yang mengikuti salat (hari itu). Diperkirakan ada sekitar 1.000 pasien tanpa gejala berdasarkan perhitungan. Bila dihitung dengan tingkat transmisi, maka pasien OTG itu bisa menularkan ke lebih dari 2.000-3.000 orang lainnya. Saya yakin perkumpulan saat salat itu akan meningkatkan kasus COVID-19 di Turki," ungkap Üner seperti dikutip dari kantor berita ANKA pada Kamis kemarin. 

Bagaimana gambaran kasus COVID-19 di Turki saat ini?

Baca Juga: Presiden Turki Erdogan Ikut Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia

1. Banyak politikus di Turki yang diketahui sudah terpapar COVID-19

Suasana salat Jumat di Hagia Sophia (Dokumentasi Kantor Presiden Turki)

Sementara, seorang dokter yang dihubungi oleh Arab News mengatakan kondisi pandemik COVID-19 di Turki justru semakin memburuk pada bulan lalu. Pembukaan Hagia Sophia sebagai tempat salat, tanpa menyiapkan protokol kesehatan yang ketat, menjadi salah satu alasan melonjaknya kasus COVID-19 di Turki. 

"Usai Hagia Sophia dibuka (untuk aktivitas salat), kami mendengar banyak kasus COVID-19 yang menjangkiti para politikus," ungkap dokter yang tidak ingin disebut namanya itu. 

"Tetapi, hal itu bisa diketahui karena para politikus ini rutin melakukan pemeriksaan setiap tiga hari sekali untuk memastikan mereka dalam kondisi sehat," imbuhnya. 

Dokter yang bekerja di Provinsi Sivas itu menambahkan bila warga biasa juga memperoleh fasilitas tes yang sama, maka jumlah orang yang telah tertular COVID-19 diprediksi akan jauh lebih tinggi. 

"Bila situasinya terus seperti ini, maka tidak ada satupun orang di rumah sakit yang tidak terpapar COVID-19. Mungkin saja kita akan kekurangan personel medis, entah karena berhenti bekerja atau sakit," tutur dia. 

2. Protokol kesehatan sulit diterapkan karena Presiden Erdogan ikut salat Jumat perdana

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ikut salat Jumat perdana di Hagia Sophia (Dokumentasi Kantor Presiden Turki)

Pengajar dan dokter bedah tulang untuk anak-anak di Universitas Pittsburgh, Dr. Ergin Kocyildirim menduga karena adanya kehadiran Presiden Erdogan di Masjid Hagia Sophia sehingga protokol kesehatan sulit diterapkan. Sebab, banyak dari para tamu yang ingin mendekati Presiden Erdogan atau foto bersama. 

Sementara, Pemerintah Turki turut mengundang banyak pemimpin agama dari negara lain seperti Paus Franciskus. 

"Tetapi, sepertinya mereka absen, yang hadir malah virus corona," kata Kocyildirim. 

Menurut Kocyildirim, gambaran seperti itu di lapangan tentu akan membuat tenaga kesehatan kecewa. Sebab, mereka yang berada di garda terdepan berusaha untuk memulihkan pasien COVID-19. 

"Peristiwa semacam ini akan merusak upaya berbulan-bulan yang telah dilakukan untuk mencegah meluasnya virus corona. Rasa percaya yang dipupuk akan cepat hilang karena sikap ceroboh ini," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Presiden Turki Erdogan Ikut Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya