Wakil Menteri Kesehatan Iran Positif Terjangkit Virus Corona
Ia sudah terlihat berkeringat saat memberi jumpa pers
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wabah penyebaran virus corona di Iran semakin gawat. Sebab, selain telah menewaskan 15 orang, pejabat tinggi di sana bahkan sudah positif terinfeksi. Dua pejabat yang terinfeksi itu adalah Wakil Menteri Kesehatan, Iraj Harirchi dan seorang anggota parlemen dari Kota Qom, Mahmoud Sadeghi.
Dugaan Iraj sudah terinfeksi sesungguhnya terlihat ketika ia mendampingi juru bicara Kemenkes, Ali Rabiei memberikan keterangan pers pada Senin (24/2) lalu. Beberapa kali ia terlihat batuk-batuk dan berkeringat.
Saat itu, walau terlihat tidak nyaman, namun Iraj masih membantah bahwa Pemerintah telah menutup-nutupi adanya jumlah kematian yang besar di Iran. Harian Inggris, The Guardian melaporkan sesungguhnya angka kematian di Iran telah mencapai 50 orang. Namun, pemerintah membantah informasi tersebut.
Namun, Iraj akhirnya berani mengakui bahwa ia sudah terinfeksi virus mematikan tersebut. Melalui sebuah video yang disebarkan oleh stasiun televisi pemerintah, ia mengakui sudah mengisolasi dirinya sendiri.
"Saya juga sudah terinfeksi dengan virus corona," kata Iraj dalam video tersebut dan dikutip stasiun berita Al Jazeera edisi Selasa (25/2).
Bahkan, dalam akun media sosialnya, anggota parlemen Mahmoud sudah merasa tak memiliki harapan untuk hidup di dunia ini.
"Tes virus corona yang saya miliki positif dan saya tak memiliki banyak harapan untuk melanjutkan hidup di dunia ini," tutur dia.
Lalu, bagaimana ceritanya kedua pejabat itu bisa terinfeksi virus tersebut?
Baca Juga: Jumlah Korban Tewas Akibat Virus Corona di Iran Capai 50 Orang?
1. Iran dilaporkan menolak memberlakukan karantina di kota-kotanya
Menurut laporan jurnalis BBC yang bertugas di Iran, Rana Rahimpour, salah satu penyebab virus corona bisa begitu mewabah di sana lantaran pemerintah menolak memberlakukan karantina di kota-kota yang diduga terinfeksi. Mereka mengatakan karantina adalah cara yang kuno dan mereka tak percaya metode itu bisa mencegah penyebarluasan virus corona.
Tempat beribadah bagi warga syiah di Kota Qom dan Mashhad masih tetap buka walaupun kota-kota itu merupakan titik penyebar luasan virus yang diberi nama COVID-19.
Banyak peziarah yang mengunjungi Kota Qom dan kerap mengunjungi tempat ibadah itu untuk mendoakan Ayatollah Ali Khamanei. Setiap tahun jumlah pengunjung mencapai jutaan orang.
Apabila Kota Qom diisolasi maka kebijakan itu dinilai tidak akan disetujui oleh para ulama di sana. Kecuali mereka mendapat tekanan dari dunia internasional.
Editor’s picks
Baca Juga: Diplomatik dan Politik Tiongkok Diuji Wabah Virus Corona