TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jepang Dorong Para Pengusaha Agar Pegawai Dibolehkan Kerja Jarak Jauh

Langkah ini untuk mencegah kasus COVID-19 naik

Ilustrasi Shibuya Crossing, Jepang (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Jepang akan mendorong para pengusaha agar 70 persen pegawai dibolehkan bekerja jarak jauh atau bisa menjaga jarak. Kebijakan ini ditempuh untuk mengurangi peningkatan kasus COVID-19.

Berdasarkan data dari situs World O Meter pada (29/7/2020), Jepang mencatat 30.961 kasus positif COVID-19, di mana 998 lainnya meninggal dunia. Negeri Sakura berada di posisi 55 negara yang memiliki kasus COVID-19. 

Dikutip dari laman Japan Today, Selasa, 28 Juli 2020 terjadi peningkatan kasus COVID-19 dalam waktu sepekan terakhir di Tokyo dan kota-kota besar lainnya. Hal ini menyebabkan adanya kekhawatiran Jepang akan menghadapi gelombang kedua pandemik COVID-19. Sedangkan, sebelumnya Jepang berhasil mengendalikan pandemik usai lockdown dicabut. 

Berdasarkan laporan yang diterima oleh Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, peningkatan kasus COVID-19 terjadi karena adanya kontak langsung ketika berinteraksi di dalam kantor. Data yang ada menunjukkan Tokyo mencetak rekor angka harian COVID-19 yakni 366. Sedangkan, pada Senin, 27 Juli 2020, ada 131 kasus COVID-19 yang baru. 

Sedangkan, bagian selatan Kota Fukuoka, melaporkan ada 90 kasus baru COVID-19 pada Minggu, 26 Juli 2020. Kenaikan juga terlihat di Kota Osaka. 

"Di satu sisi, para komuter yang tinggal jauh namun harus ke kantor, sempat menurun 70-80 persen. Namun, kini mereka yang tak perlu kerja dari kantor tersisa 30 persen saja," ungkap Yasutoshi. 

"Kami tidak ingin kembali ke angka tersebut, sehingga, kita harus mencari cara baru untuk tetap bekerja dan tetap meningkatkan cara bekerja jarak jauh," tutur dia lagi. 

Apakah seruan ini didengarkan oleh komunitas bisnis di Jepang?

Baca Juga: Angka Bunuh Diri di Jepang Menurun Selama Lockdown Pandemik COVID-19

1. Menteri Ekonomi Jepang mendorong agar jam kerja masuk bagi pegawai dibuat jadi shift

Ilustrasi ibu kota Tokyo, Jepang (ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato)

Menteri Yasutoshi juga mendorong agar para pengusaha benar-benar mengawasi pegawainya dan tidak membiarkan mereka berkerumun. Para pengusaha juga diimbau untuk menyesuaikan jam masuk menggunakan sistem shift. 

Yasutoshi mengaku khawatir dengan peningkatan yang terjadi pada pekan lalu karena banyak para pekerja yang terpapar usai pergi ke bar atau ke tempat lain untuk bersosialisasi. Kendati jumlah kasus COVID-19 masih tergolong rendah, tetapi pemerintah khawatir karena penyakit ini kini lebih banyak menyasar warga yang berusia 40 tahunan dan 50 tahunan. 

Sistem kerja jarak jauh, menurut laporan Japan Today, sulit diterapkan karena budaya yang masih menggunakan kertas. Selain itu, tidak semua pegawai memiliki teknologi yang mumpuni. 

2. Gubernur Tokyo meminta warga menghabiskan hari libur di rumah saja

Ilustrasi pasien COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Meski kasus COVID-19 di Jepang terus naik, tetapi Pemerintah Jepang tetap memutuskan untuk membuka kembali aktivitas ekonomi. Salah satunya menggalakan kampanye untuk berlibur bagi turis domestik. Rencana itu menuai kritik dari publik, namun tetap digelar. 

Gubernur Tokyo Yuriko Koike memiliki kebijakan berbeda. Ia memutuskan mengimbau agar warga Tokyo tetap berada di rumah selama liburan panjang yang dimulai Kamis hingga Minggu mendatang. 

Hari libur itu dipakai oleh pemerintah untuk merayakan pembukaan Olimpiade Tokyo. Kendati perayaan dimulai tahun ini, namun pertandingan ditunda hingga ke tanggal 23 Juli 2021. 

"(Virus) ini menyebar tidak hanya di kalangan anak muda tetapi juga di kalangan usia menengah dan orang tua," ungkap Yuriko dan dikutip kantor berita AFP. 

Yuriko mendapat laporan penyebaran kasus COVID-19 paling tinggi terjadi di restoran dan bioskop. Bahkan, ada pula klaster baru di tempat kerja dan sekolah. 

Baca Juga: 17 Potret Unik Kehidupan Masyarakat Jepang, Ada yang Wajib Kita Tiru!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya