Mengapa Bahrain dan UEA Mau Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel?
Israel tidak diminta berjanji tidak caplok wilayah Palestina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dua negara di kawasan Timur Tengah, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) akhirnya resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada Selasa, 15 September 2020. Kesepakatan damai yang diberi nama "Abraham Accord" itu dilakukan di Gedung Putih dan disaksikan oleh Presiden Donald J Trump.
Stasiun berita BBC pada Selasa kemarin melaporkan Trump menyebut perjanjian damai bersejarah itu bak fajar di era Timur Tengah yang baru. Perjanjian ditanda tangani di Negeri Paman Sam, lantaran Trump diklaim yang menjadi juru runding atas tercapainya kesepakatan damai tersebut.
"Usai puluhan tahun perpecahan dan konflik maka kita bisa menandai fajar telah terbit di Timur Tengah yang baru. Kita semua berkumpul di sini di siang hari ini untuk mengubah arah sejarah," kata Trump.
Rasa suka cita juga dirasakan oleh Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu. Dengan demikian sudah empat negara di Liga Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Dua negara lainnya yakni Mesir pada tahun 1978 dan Yordania pada 1994 lalu. Mauritania di kawasan barat laut Afrika sesungguhnya juga sempat menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada 1999. Namun, hubungan tersebut putus di tahun 2010.
Pertanyaan yang kini ada di benak publik, mengapa dua negara di kawasan Timur Tengah itu mau berdamai dengan Israel? Bukan kah keduanya mengklaim sebagai sahabat bagi Palestina?
Baca Juga: Uni Emirat Arab dan Israel Sepakat Buka Hubungan Diplomatik
1. AS diduga menjanjikan UEA dan Bahrain peluang mendapatkan alutsista militer
Harian The Guardian melaporkan usai meneken "Abraham Accords", ketiga negara resmi membuka pintu untuk hubungan bisnis, penerbangan langsung dan diplomatik.
Namun, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), Anwar Gargash memastikan gedung kedutaan mereka akan dibangun di Tel Aviv dan bukan Yerusalem. Hal itu sesuai dengan kesepakatan internasional mengenai solusi dua negara yang mengakui keberadaan Israel dan Palestina sebagai negara berdaulat.
Publik juga mempertanyakan kesepakatan damai yang diteken oleh Israel, UEA dan Bahrain. Sebab, pada faktanya ketiga negara itu tidak pernah berperang. Bahkan, ketiganya sudah memiliki hubungan yang erat meski melalui jalur tidak resmi. Namun, ketiganya memiliki musuh yang sama di kawasan Timur Tengah yakni Iran. Itu sebabnya membuka hubungan dengan Israel dinilai lebih strategis.
Selain itu, diduga AS menjanjikan kepada UEA untuk membantu memperbarui alutsista militernya. Ada beberapa alutsista militer yang sudah lama dibidik oleh UEA namun tak bisa mereka beli. Dua di antaranya adalah pesawat tempur siluman F35 dan jet tempur EA-18G.
UEA sudah menggunakan peralatan militer canggihnya untuk peperangan di Libya dan Yaman. Tetapi, mereka membutuhkan alutsista baru untuk membendung musuh yang berada di kawasan yakni Iran.
Begitu juga dengan Bahrain. Dikutip dari stasiun berita BBC, hingga tahun 1969, Iran masih menganggap Bahrain sebagai bagian dari wilayah mereka.