Milisi Houthi Ogah Lepas Kapal Kargo Rwabee, Gimana Nasib WNI di Sana?
Pemerintah terus berkomunikasi dengan UEA yang punya kapal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kelompok pemberontak Houthi Yaman menolak permintaan PBB untuk melepas kapal kargo berbendera Uni Emirat Arab (UEA). Di dalam kapal tersebut turut terdapat 11 Anak Buah Kapal (ABK) yang berasal dari lima negara termasuk Indonesia.
Stasiun berita Al-Jazeera, Rabu 19 Januari 2022 melaporkan perwakilan milisi Houthi mengatakan kapal tersebut mengangkut peralatan militer. Bukan seperti klaim otoritas di Arab Saudi bahwa kapal tersebut membawa peralatan medis untuk membangun rumah sakit lapangan.
"Kapal Rwabee tidak membawa mainan untuk anak-anak, tetapi senjata yang diperuntukan bagi kaum ekstremis," ujar pejabat milisi Houthi Hussein al-Azzi yang dikutip dari stasiun televisi Al Masirah.
Klaim Houthi itu dibuktikan dengan menyiarkan secara langsung isi muatan kargo Kapal Rwabee. Kapal itu diisi kendaraan lapis baja, bus untuk mengangkut prajurit militer dan peralatan militer lainnya.
Lalu, bagaimana nasib WNI dan 10 ABK lainnya yang hingga kini masih ditahan milisi Houthi?
Baca Juga: Kemlu Upayakan Pembebasan Seorang ABK WNI dari Milisi Houthi di Yaman
1. Pembicaraan lewat telepon dengan SHP dilakukan pada 18 Januari 2022
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha mengatakan sejauh ini sudah ada tiga kali komunikasi antara ABK WNI bernama Surya Hidayat ke keluarga di Makassar. Kali terakhir komunikasi terjadi pada Selasa, 18 Januari 2022 malam.
"Komunikasi itu difasilitasi oleh kelompok Houthi kepada keluarga. Dalam komunikasi ketiga, SHP menyampaikan ia dalam keadaan baik dan juga mendapatkan perlakuan yang baik dari kelompok Houthi," ungkap Judha ketika memberikan keterangan pers secara virtual pada Kamis (20/1/2022).
"Bahkan, ia ditempatkan di hotel," kata dia.
Sementara, pemerintah Indonesia akan terus berupaya untuk membebaskan Surya Hidayat dari penahanan Houthi. Salah satu caranya berkomunikasi dengan beberapa negara termasuk UEA sebagai pemilik kapal.
Namun, Judha menyadari proses ini tidak bisa berlangsung cepat lantaran terdapat kompleksitas terkait politik regional di Timur Tengah. Menurut laporan sejumlah media di Timur Tengah, kelompok yang dicap sebagai pemberontak itu tengah berperang dengan Arab Saudi dan negara koalisinya.
"Dalam konteks ini kami mendorong UEA sebagai negara bendera kapal dan markas perusahaan kapal itu berada untuk mengusahakan pembebasan 11 ABK tersebut," kata dia.
Editor’s picks
Konfirmasi serupa juga disampaikan istri Surya, Sri Rahayu. Kepada IDN Times, Sri mengaku suaminya diperlakukan dengan baik selama ditahan di Yaman.
"Yang jelas suami saya di sana baik-baik saja dan diperlakukan sangat baik sama mereka selama di Yaman," ungkap Sri melalui pesan pendek, kemarin.
Baca Juga: Kondisi Terkini ABK Asal Makassar yang Disandera Milisi Houthi Yaman