TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Militer Temukan Sisa 4 Ton Amonium Nitrat di Pelabuhan Beirut

Akibat ledakan 4 Agustus, 190 orang tewas di Lebanon

Suasana di dekat lokasi ledakan di Beirut, Lebanon, pada 6 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aziz Taher

Jakarta, IDN Times - Militer Lebanon menemukan sisa 4,35 ton amonium nitrat yang tidak ikut meledak di dekat pintu masuk menuju ke Pelabuhan Beirut. Pada 4 Agustus 2020 lalu, 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di salah satu gudang di Pelabuhan Beirut meledak.

Stasiun berita Al Jazeera, Kamis (3/9/2020), melaporkan empat ton amonium nitrat ditemukan secara tidak sengaja ketika seorang ahli dari militer melakukan inspeksi di lokasi episentrum bekas ledakan. Ia menemukan masih ada amonium nitrat yang tersimpan di dalam empat kontainer. 

"Insinyur di bidang militer tengah menanganinya," demikian ungkap perwakilan militer dan dikutip kantor berita NNA

Kantor berita Reuters Jumat (4/9/2020), melaporkan akibat ledakan pada 4 Agustus 2020, sebanyak 190 orang tewas sedangkan 6.000 orang lainnya terluka. 

Peristiwa itu menyebabkan kemarahan publik di Lebanon. Sebab, pemerintah telah mengetahui sudah sejak lama adanya bahan berbahaya di gudang di dekat pelabuhan, tetapi tidak ditangani dengan baik. 

Bagaimana kondisi Lebanon satu bulan paska ledakan dahysat di Beirut?

Baca Juga: PM Hassan Diab Mundur Sepekan Usai Ledakan Hebat Hantam Lebanon

1. Tim penyelamat dari Chile mendeteksi masih ada warga yang hidup di bawah reruntuhan bangunan

Asap mengepul di lokasi ledakan di Beirut, Lebanon, pada 4 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Azakir

Stasiun berita Al Jazeera melaporkan tim penyelamat dari Chile, mengatakan mereka mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat ledakan satu bulan lalu. Satu tim dari TOPOS CHILE mengatakan kepada Al Jazeera mereka mendeteksi masih adanya korban yang hidup dengan mesin pemindai khusus. Mesin itu mendeteksi masih ditemukan detak jantung dan orang yang bernafas di lantai dasar bangunan yang telah ambruk. 

Anggota tim, Akram Nehme, mengatakan kemungkinan korban yang selamat merupakan anak-anak. Selain itu, di bawah bangunan tersebut ada satu jenazah. Ia menjelaskan proses penemuan titik adanya korban turut dibantu dari anjing pelacak yang ikut mencari korban. 

Hipotesa tim penyelamat dari Chile didukung anggota LSM Live Love Lebanon, Edward Bitar. Bersama TOPOS CHILES, Bitar menemukan adanya hembusan nafas dengan siklus 18 kali per menit. 

"Kami mencoba untuk tidak berharap terlalu banyak. Sebab, bila sampai hari ini masih ditemukan orang yang selamat, maka itu sebuah keajaiban," ungkap Bitar. 

Tetapi, TOPOS CHILES pernah menemukan keajaiban tersebut. Ketika terlibat dalam proses pencarian korban gempa bumi di Haiti, mereka berhasil menyelamatkan seorang pria yang tertimbun reruntuhan selama 27 hari. Pria itu ditemukan dalam keadaan hidup. 

2. Presiden Prancis mendorong Lebanon melakukan reformasi besar-besaran bila tidak ingin hancur

Presiden Prancis Emmanuel Macron (ANTARA/REUTERS/Pascal Rossignol)

Sementara, untuk membangun kembali Lebanon bukan perkara mudah. Pemerintah Lebanon pernah merilis kerugian akibat ledakan pada 4 Agustus 2020 mencapai US$20 miliar atau setara Rp218,5 triliun. Mereka jelas tak memiliki dana demikian besar. 

Kondisi itu diperparah dengan perilaku korup para pejabatnya. Bahkan, menurut beberapa laporan sejumlah pejabat sudah mengetahui adanya ribuan ton amonium nitrat tersimpan di dalam gudang, tetapi tidak bertindak. Padahal, zat tersebut berbahaya bila tidak ditangani dengan benar. 

Kini, negara-negara barat khawatir dalam menyalurkan bantuan mereka. Sebab, mereka khawatir bantuan tersebut justru diterima oleh kelompok militan Hizbullah. Apalagi bagi Negeri Paman Sam, Hizbullah dikategorikan sebagai kelompok teroris. 

"Bila tidak dilakukan reformasi, maka Lebonan akan tenggelam," ungkap Presiden Prancis, Emmanuel Macron. 

Organisasi yang mengelola bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat, USAID jelas menyebut bantuan mereka tidak akan diserahkan melalui Pemerintah Lebanon.  "Bantuan kami akan langsung diterima rakyat Lebanon," ujar John Barsa dari USAID. 

Baca Juga: PM Lebanon akan Proses Hukum Pihak yang Sebabkan Ledakan di Beirut

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya