TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terbaca! Beda Perlakuan Putin Hangat ke Jokowi, Gegara Alasan Ini? 

Putin pun juga sering tersenyum kepada Jokowi

Presiden Joko "Jokowi" Widodo (kiri) ketika bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 30 Juni 2022 di Moskow. (www.en.kremlin.ru)

Jakarta, IDN Times - Selain dianggap sukses menjadi jembatan komunikasi bagi Rusia dan Ukraina di tengah kecamuk perang, ada poin lain yang turut disorot oleh publik dalam kunjungan Presiden Joko "Jokowi" Widodo ke Moskow. Mereka menyoroti perbedaan sikap Presiden Vladimir Putin ketika menerima Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu duduk dekat di samping Putin ketika tiba di Istana Kremlin pada 30 Juni 2022. Hanya ada meja kopi kecil yang membatasi kedua pemimpin tersebut.

Peristiwa yang kontras terjadi ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu Putin di Moskow pada 7 Februari 2022 lalu. Saat itu, Macron duduk di meja sepanjang enam meter di Istana Kremlin.

Perlakuan serupa juga ditunjukkan kepada mantan Kepala Badan Intelijen Rusia, KGB itu, menerima Kanselir Jerman, Olaf Scholz satu pekan sesudahnya. Ia juga duduk berseberangan dari Putin lantaran terpisah meja sepanjang enam meter. 

Namun, ketika menerima kunjungan Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev pada 17 Juni 2022, Putin tak memberikan jarak. Perlakuannya senada ketika Putin menerima Jokowi. Ia duduk dekat di samping Tokayev dan hanya dipisah meja kopi kecil. 

Apalagi selama pertemuan bilateral, Putin tak henti melempar wajah tersenyum ke arah Jokowi dan terekam kamera. "Saya sangat bahagia bisa bertemu Anda, Presiden Jokowi di Rusia, di Moskow. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hubungan baik selama puluhan tahun dengan Rusia," ujar Putin seperti dikutip dari situs resmi Istana Kremlin, Sabtu, (2/7/2022). 

Apa makna di balik sikap Putin yang berbeda ketika menerima Jokowi di Istana Kremlin?

Baca Juga: Temui Jokowi, Putin Tawarkan Investasi Jalur Kereta di IKN Nusantara 

1. Putin diduga merasa nyaman ketika bertemu Jokowi

Presiden Joko "Jokowi" Widodo menjabat tangan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika bertemu di Istana Kremlin, Moskow pada 30 Juni 2022. (RIA Novosti)

Guru besar hukum internasional dari Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menduga Putin memberikan perlakuan yang berbeda kepada Jokowi lantaran ia percaya kepada mantan Wali Kota Solo itu. Kunjungannya ke Moskow ditujukan untuk menjadi penengah dan untuk mencari solusi bersama atas krisis pangan yang kini menghantam dunia. 

"Selain itu Putin juga merasa nyaman ketika bertemu Jokowi dan tahu bagaimana posisi Indonesia menyikapi perang di Ukraina," ungkap Hikmahanto ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Sabtu, (2/7/2022). 

Di sisi lain, Putin juga membutuhkan kehadiran Jokowi agar bisa dijadikan momentum dan strategi keluar secara perlahan-lahan dari perang di Ukraina. Sebab, meski perang sudah berlalu lebih dari 100 hari, namun Rusia belum meraih kemenangan sepenuhnya. 

"Putin itu kan juga membutuhkan alasan untuk menghentikan serangan militernya ke Ukraina. Rusia kan gak mau mengulangi kebodohan Amerika Serikat dalam perang Afghanistan yang tiba-tiba keluarga begitu saja. Sementara, bila Rusia keluar begitu saja, seolah-olah menyerah dalam peperangan di Ukraina," kata dia. 

Ia menilai alasan yang digunakan Jokowi supaya mulai dibuka pintu dialog sangat bagus. Jokowi mengingatkan Putin seandainya perang terus berlarut-larut maka negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah juga bakal terdampak. Sebab, dampak yang terasa dari peperangan itu adalah krisis pangan. 

"Dan di negara-negara berkembang itu, akan ada miliaran orang yang terancam kelaparan seandainya perang tidak juga berhenti. Bapak presiden kan konsisten penyampaiannya dari di KTT G7, Ukraina dan di Rusia," tuturnya. 

Ia memprediksi seharusnya ketegangan di Ukraina pelan-pelan seharusnya menurun usai pertemuan Jokowi dan Putin pada pekan ini. Sayangnya, niat baik Jokowi itu justru terancam buyar lantaran sejumlah pemimpin G7 malah melempar lelucon mengenai Putin dan sikap maskulinnya. Putin diketahui memiliki tubuh atletis dan kerap memamerkannya ke kamera. 

Hal itu dijadikan bahan lelucon oleh pemimpin KTT G7 ketika bertemu di Jerman. "Yang jadi korban kan lagi-lagi rakyat Ukraina," katanya. 

2. Jokowi diduga ikut meminta negara barat agar setop pasok senjata ke Ukraina

Presiden Joko "Jokowi" Widodo (kiri) disapa oleh Perdana Menteri Prancis Emmanuel Macron (tengah) dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden di KTT G7, Jerman. (Dokumentasi Biro Pers Istana)

Di sisi lain, Jokowi diduga juga sempat mengajak negara-negara anggota G7 berbicara dan meminta mereka agar setop memasok senjata ke Ukraina. Sebab, perang tidak akan berhenti sepenuhnya bila pasokan senjata terus masuk ke sana. 

"Kan sempat ada sidelines dengan Presiden Joe Biden, Macron, berbicara dengan Boris Johnson. Bisa saja di situ ada pembicaraan (agar setop pasokan senjata ke Ukraina). Isinya meminta agar tidak lagi memasok senjata sebab bila itu terus terjadi Ukraina akan terus jadi sasaran militer Rusia," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat itu. 

Namun, meski sudah menemui Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Vladimir Putin, keduanya masih belum memberikan konfirmasinya untuk hadir di KTT G20 di Bali November mendatang. Menurut Hikmahanto, hal itu tergantung pada situasi keamanan di tengah peperangan Ukraina. 

"Kalau bisa tercapai gencatan senjata, bisa saja keduanya datang. Sebaliknya bila gencatan senjata tidak terjadi, ya sulit bagi keduanya untuk hadir di Bali," kata dia. 

Hikmahanto pun berharap gencatan senjata terjadi sehingga Zelenskyy dan Putin bisa berdialog dan tatap muka di Bali. Ia pun mengusulkan agar perundingan itu bisa diikuti negara anggota G7. 

3. Macron duduk dengan meja panjang karena tolak lakukan tes swab PCR di Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) duduk di meja panjang 6 meter ketika menerima Presiden Emmanuel Macron pada 7 Februari 2022 di Moskow. (Kantor berita Anadolu)
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) duduk di meja panjang 6 meter ketika menerima Kanselir Jerman pada 15 Februari 2022 di Moskow. (www.twitter.com/@Mike_Eckel)

Sementara, menurut laporan kantor berita Reuters, Presiden Macron akhirnya menemui Putin dengan duduk berseberangan cukup jauh lantaran ia menolak mengikuti tes swab PCR di Rusia. Berdasarkan dua sumber anonim yang dekat dengan Macron, Pemerintah Prancis tak mau Rusia bisa mengakses DNA Macron dari tes swab PCR tersebut. 

Di sisi lain, selama pandemik COVID-19 berlangsung, Istana Kremlin memberlakukan protokol kesehatan yang sangat ketat. Bahkan, protokol di Istana memberlakukan sistem bubble bagi semua tamu negara yang hendak menemui Putin. Alhasil, salah satunya diterapkan dalam kebijakan duduk dengan dipisah meja sepanjang enam meter. 

Pemberlakuan duduk dengan jarak yang sangat jauh itu kali pertama diberlakukan untuk Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. Sebelum bertemu Putin pada 1 Februari 2022 lalu, PM Orban menolak menjalani karantina. 

Sementara, Kanselir Jerman, Olaf Scholz juga duduk dengan meja panjang lantaran menolak mengikuti tes swab PCR. Namun, kebijakan itu tidak konsisten diterapkan oleh Istana Kremlin kepada pemimpin dunia lainnya. 

Presiden Putin bersedia duduk tanpa jarak yang berarti ketika bertemu dengan Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev. Bahkan, Putin bersedia bertemu langsung tanpa jarak di Beijing dengan Presiden Xi Jinping. 

Maka, tak heran bila muncul spekulasi bahwa penempatan meja itu adalah taktik dan strategi Putin dalam menghadapi para pemimpin dunia. Sebab, Rusia makin dimusuhi usai melakukan operasi khusus militer di Ukraina. 

Baca Juga: Misi Tak Biasa Jokowi, Upayakan Gencatan Senjata Rusia vs Ukraina

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya