TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden Trump: 99 Persen Kasus COVID-19 Tidak Berbahaya

Klaim tidak berdasar itu tak didukung oleh BPOM AS

Presiden Donald Trump menunjukkan halaman depan New York Post saat menandatangani perintah eksekutif untuk perusahaan media sosial di Ruang Oval Gedung Putih, di Washington, Amerika Serikat, pada 29 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump kembali menyampaikan pernyataan kontroversial terkait COVID-19. Dalam pidato peringatan hari kemerdekaan ke-244, Trump mengaku rezim pemerintahannya sudah melakukan tes terhadap 40 juta warga AS. 

"Dengan melakukan itu, kami menemukan bahwa 99 persen kasus di antaranya tidak berbahaya," ungkap Trump yang dilansir dari harian New York Times, Minggu, 5 Juli 2020. 

Pernyataan Trump itu jelas tidak masuk akal, apalagi angka kematian di Negeri Paman Sam akibat COVID-19 telah menembus angka 130 ribu. Data dari situs World O Meter menunjukkan sekitar 2,8 juta warga AS sudah terpapar COVID-19. Menurut pejabat berwenang di AS angka infeksi yang sesungguhnya diprediksi 10 kali lebih banyak dibandingkan yang tercatat. 

Presiden Trump mungkin merujuk ke data Pusat Pencegahan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) pada pekan ini yang menunjukkan tingkat warga yang dirawat di rumah sakit 102,5 per 100 ribu. Tetapi, dampak jangka panjang dari pandemik ini masih belum diketahui. 

Pernyataan Trump itu kemudian dibantah oleh Kepala Badan Pengendalian Obat-Obatan (FDA) AS, Stephen Hahn. Dalam program wawancara di stasiun berita CNN, Hahn tidak mendukung pernyataan Trump tersebut. Tetapi, ia juga tak membantahnya. 

"Kami tahu kasus (COVID-19) terus naik. Jalan keluar bagi semua warga Amerika yakni dengan mengikuti panduan CDC dan gugus tugas Gedung Putih," ungkap Hahn di program tersebut. 

Lalu, bagaimana kondisi pandemik COVID-19 sesungguhnya di AS kini?

Baca Juga: CEO Twitter Buka Suara soal Twit Donald Trump yang Dilabeli Sesat

1. Klaim Trump soal COVID-19 disebut kebohongan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara sebelum menandatangani pernyataan untuk menghormati Hari Perawat Nasional di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/5/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Lebih lanjut Stephen Hahn menyebut kesimpulan yang disampaikan oleh Trump pada akhir pekan lalu tidak benar. Bahkan, Hahn mengatakan pernyataan Trump itu adalah salah satu klaim yang paling fatal dan merupakan sebuah kebohongan. 

"COVID-19 benar-benar mempengaruhi kesehatan warga. Bila mereka mendengar 99 persen warga baik-baik saja (usai terpapar COVID-19) maka hal itu bisa berdampak pada berubahnya sikap masyarakat. Mereka cenderung akan abai sehingga berpotensi akan terpapar," kata Hahn lagi seperti dilansir dari laman Businessinsider, Senin (6/7/2020). 

Alih-alih mendengarkan kalimat Trump, Hahn mendorong agar warga AS tetap memberlakukan protokol kesehatan yakni dengan menerapkan jaga jarak, mengenakan masker dan selalu mencuci tangan. 

"Bila Anda berada di dekat orang-orang yang rentan dan Anda berpikir sudah terpapar, maka berhati-hati lah. Jangan sampai orang itu ikut tertular," tutur dia lagi. 

2. Ahli kesehatan di AS mewanti-wanti pasien asymptomatic jangan dianggap tak berbahaya

Ilustrasi Masker (ANTARA FOTO/REUTERS/Eric Gaillard)

Sementara, harian New York Times secara tegas menyatakan klaim Trump keliru dan tidak berdasar. Mereka menduga angka itu bisa disebut lantaran pasien yang terpapar COVID-19 tetapi tidak menunjukkan gejala dianggap tidak berbahaya. Padahal, menurut ahli kesehatan, hal tersebut sebaliknya. 

"Mereka bisa diam-diam menularkan virus ke orang lain di komunitas yang lebih rentan dan menciptakan penyakit yang akut," demikian ditulis NYT. 

Namun, pernyataan Trump yang dianggap keliru dan tidak berdasar bukan baru kali ini saja disampaikan. Sudah sejak berbulan-bulan lalu ia menyampaikan pernyataan bernada meremehkan. Sebelumnya, ia menyebut kenaikan kasus COVID-19 di AS disebabkan kapasitas tes meningkat. 

Pada Februari lalu ketika ditemukan laporan awal ada warga AS yang terpapar COVID-19 usai kembali dari Wuhan, Trump mengatakan tidak akan ada kenaikan kasus. Bahkan, penyakit itu akan sembuh dalam kurun waktu dua hari. Ahli kesehatan sudah mewanti-wanti masyarakat AS agar siap-siap menghadapi kemungkinan terburuk. 

Pernyataan Trump lainnya yang tidak masuk akal sehat yakni pada April lalu ia mendorong agar warga menyuntik cairan disinfektan ke tubuhnya untuk memulihkan dari virus corona. Akibatnya perusahaan produsen disinfektan sampai harus memperingatkan agar tidak melakukan hal serupa dengan produk mereka. 

Baca Juga: Usai Ditolak, Kapal Pesiar Zaandam Akhirnya Bisa Berlabuh di Florida

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya