TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[UPDATE] Kasus Harian COVID-19 di Jerman Tembus 75.494

Kasus kematian harian di Taiwan jadi yang tertinggi di dunia

Warga yang bekerja di industri pernikahan melakukan protes atas pembatasan usaha di depan Brandenburg Gate, menyusul penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Berlin, Jerman, Selasa (9/6/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Fabrizio Bensch

Jakarta, IDN Times - Meski pandemik COVID-19 di sejumlah negara mulai melandai, tetapi di area lain di Eropa justru kasus menunjukkan tanda kembali melonjak. Dikutip dari World O Meter per Jumat, (10/6/2022), angka kasus harian di Jerman menembus 75.494. Hal itu menambah akumulasi kasus COVID-19 di negara panser tersebut menjadi 26.727.874. 

Sementara, kasus kematian di Jerman akibat COVID-19 bertambah 61 jiwa. Maka, akumulasi pasien yang meninggal di Jerman akibat COVID-19 menjadi 140.009. Jumlah akumulasi pasien yang pulih mencapai 25,8 juta. 

Di bawah Jerman terdapat Taiwan yang juga tengah mengalami kenaikan kasus Omicron. Dalam 24 jam terakhir dilaporkan ada 72.967 kasus COVID-19 di sana. Taiwan juga kembali mencatat kematian harian yang tinggi yakni 211. Maka, akumulasi pasien yang meninggal akibat COVID-19 di sana mencapai 3.584 jiwa. 

Meski kasus harian di Jerman kembali naik, namun otoritas kesehatan tetap akan melonggarkan sejumlah pembatasan bagi warganya. Apa saja kelonggaran yang bakal dirasakan oleh warga Jerman atau turis asing yang ingin ke sana?

Baca Juga: [UPDATE] Kasus Harian COVID-19 di Taiwan Tertinggi di Dunia

1. Warga yang masuk ke Jerman tak lagi perlu tunjukkan bukti sudah divaksinasi

Staf medis memakai pakaian pelindung sementara pasien menunggu untuk tes virus corona di distrik Reinickendorf, Berlin, Jerman, pada 23 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Fabrizio Bensch

Laman Deutsce Welle edisi 25 Mei 2022 lalu melaporkan bahwa Menteri Kesehatan Jerman, Karl Lauterbach sudah meniadakan pembatasan bagi warga selama pandemik COVID-19. Pembatasan itu dihapuskan sementara waktu hingga Agustus mendatang. 

Sejumlah pembatasan yang dihapuskan antara lain warga yang hendak masuk ke Jerman tak lagi perlu menunjukkan bukti sudah divaksinasi, bukti telah dites COVID-19 dan hasilnya negatif, atau menunjukkan dokumen sudah pulih dari COVID-19. Pembatasan itu di Jerman disebut dengan istilah 3G. 

"Hingga akhir Agustus, kami akan tunda dulu pemberlakuan 3G untuk warga yang ingin masuk ke Jerman," ungkap Lauterbach. 

Aturan itu sudah diberlakukan sejak 1 Juni 2022 lalu. Meski demikian, aturan itu masih berlaku bagi warga asing yang berusia di atas 12 tahun dan ingin masuk ke Jerman. 

Masih belum diketahui dengan jelas apa yang akan terjadi pada September dan bulan-bulan selanjutnya. Tetapi, aturan yang lebih ketat bakal tetap diterapkan bagi warga yang datang dari negara-negara dengan tingkat penularan COVID-19 yang tinggi. 

Namun, sejak Maret 2022 lalu sudah tidak ada lagi daftar dengan risiko tinggi COVID-19. 

2. Otoritas di Taiwan bersiap bila kasus harian tembus 100 ribu

Ilustrasi Suasana Taipei, Taiwan (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Sementara, badai Omicron kini sedang dirasakan oleh warga di Taiwan. Kini negara yang dulu merupakan bagian dari China itu kerap melaporkan kasus harian dengan jumlah yang sangat tinggi. Padahal, dulu Taiwan sulit ditembus oleh virus Sars-CoV-2. 

Majalah Time edisi 5 Mei 2022 lalu melaporkan otoritas kesehatan di Taiwan tengah bersiap menghadapi kasus harian yang bakal muncul hingga 100 ribu. Angka itu lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyeksi semula bahwa kasus harian di Taiwan diprediksi mencapai 45 ribu. 

Sementara, jumlah WNI yang terinfeksi virus Sars-CoV-2 di Taiwan telah mencapai 419 orang. Sebanyak 270 pasien di antaranya dalam kondisi stabil meski masih dirawat. 

Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang mengatakan bahwa otoritas di negaranya bakal memberlakukan cara yang berbeda dari metode yang selama ini diterapkan dalam dua tahun terakhir. Dalam cara terbarunya, otoritas kesehatan bakal meminta warga yang tak menunjukkan gejala atau hanya terpapar dengan gejala ringan, maka bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Hal itu dianggap bermanfaat untuk merawat anak-anak yang sudah lebih dulu terpapar virus Sars-CoV-2. 

Di sisi lain, kontak erat dengan orang yang tertular COVID-19, hanya butuh karantina selama tiga hari. Bukan lagi 10 hari seperti aturan semula. Selain itu, waktu karantina bagi pendatang asing dipangkas dari semula 10 hari menjadi tujuh hari.

PM Su mengatakan pergeseran metode ini bukan berarti Taiwan meminta warganya agar bisa hidup berdampingan dengan COVID-19. "Virus tidak akan dibiarkan untuk terus menyebar tanpa dipantau," kata dia. 

Menurut, pengajar sejarah di Vassar College, New York, Wayne Soon, penyebab melonjaknya kasus Omicron di Taiwan karena masih banyak kaum lansia di sana yang menentang vaksin COVID-19. "Masih ada kelompok yang merasa bahwa mereka tidak akan tertular COVID-19 ketika Taiwan nol kasus. Kini, mereka merasa tidak perlu vaksin COVID-19," katanya lagi. 

Baca Juga: Singapura Prediksi Ada Gelombang Omicron Baru Juli-Agustus  

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya