TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menlu RI: SEANWFZ Berkontribusi pada Keamanan ASEAN 

Menlu Retno membuka pertemuan SEANFWZ

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kedatangan Sekjen ASEAN, Kao Kim Hourn. (dok. Gallery ASEAN 2023)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi resmi membuka pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN untuk membahas traktat Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANFWZ). Pertemuan ini adalah pertemuan pertama para Menlu ASEAN dalam rangkaian ASEAN Foreign Minister Meeting/Post Ministerial Meeting (AMM/PMC).

Pantauan IDN Times di Hotel Shangri-La, Jakarta, semua Menlu negara anggota ASEAN dan Timor Leste, telah hadir, kecuali Myanmar. Indonesia telah menegaskan, Myanmar hanya diundang di level non politik.

Membuka pertemuan SEANFWZ, Retno mengungkapkan bahwa risiko penggunaan senjata nuklir saat ini menjadi lebih tinggi.

“Kami terus mendengar peringatan soal kemungkinan penggunaan senjata nuklir dan kami juga melihat tenaga nuklir tetap menjadi bagian dari militer beberapa negara,” kata Retno, dalam pidato pembukaannya, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga: Isu Kawasan Bebas Nuklir Dibahas Menlu ASEAN Hari Ini

1. Kawasan ASEAN harus bebas nuklir

Menlu ASEAN di pembukaan pertemuan SEANWFZ. (IDN Times/Sonya Michaella)

Retno menambahkan, pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di kawasan adalah prioritas ASEAN.

“Kami tahu betul bahwa kami tidak bisa benar-benar aman dengan senjata nuklir di kawasan. Tidak ada senjata yang lebih kuat dan merusak, daripada senjata nuklir. Dan dengan senjata nuklir, kita bisa menyentuh bencana global,” tutur Retno.

“Kita harus menjaga kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir. Ini adalah landasan kami untuk mengubah kawasan ini menjadi pusat pertumbuhan,” ujar Retno lagi.

2. SEANWFZ berkontribusi pada upaya keamanan kawasan

Bendera ASEAN dan mitra wicara di Hotel Shangri-La, Jakarta. (IDN Times/Sonya Michaella)

Selain itu, Retno menekankan bahwa traktat SEANWFZ telah berkontribusi pada upaya stabilitas kawasan dan pelucutan senjata global serta rezim non-proliferasi.

“Namun, setelah 25 tahun penandatanganan Protokol Perjanjian SEANFWZ, tidak ada negara senjata nuklir yang menandatanganinya. Bagi Indonesia, move forward adalah satu-satunya pilihan,” tegas Retno.

“Kita harus hadir sebagai front persatuan sebelum negara senjata nuklir, karena hanya dengan begitu kita bisa menemui jalan yang lebih jelas untuk menuju wilayah bebas dari senjata nuklir,” ungkap dia.

Baca Juga: Menlu RI Tegaskan Peran Sentral ASEAN untuk Perdamaian

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya