TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemimpin Junta Myanmar Kunjungi Rusia, Ada Apa?

Media Myanmar kabarnya dibungkam untuk publikasi kunjungan

(Facebook/Min Aung Hlaing)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing mengunjungi Rusia pada Selasa (12/7/2022). Kedutaan Besar Rusia di Myanmar menyebut, kunjungan itu adalah kunjungan pribadi.

Namun, kunjungan ini terjadi dua hari setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken berjanji untuk meminta dunia internasional meningkatkan tekanan untuk junta militer Myanmar.

Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan Myanmar pada 1 Februari 2021, yang dikenal dengan kudeta Myanmar. Pemimpin de facto Aung San Suu Kyi ditangkap dan dipenjara hingga saat ini.

Baca Juga: Kamboja Minta Junta Myanmar Bebaskan Aung San Suu Kyi 

1. Menghadiri pembukaan pusat budaya Myanmar di Rusia

Panglima Militer Myanmar Jendral Min Aung Hlaing tiba di Indonesia (IDN Times/Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)

Kedubes Rusia di Naypyitaw mengungkapkan, kunjungan Min Aung Hlaing ke Moskow adalah untuk menghadiri pembukaan pusat budaya Myanmar.

Namun, sejumlah media Rusia melaporkan bahwa Min bakal bertemu dengan pejabat dari badan antariksa dan nuklir Moskow. Tidak jelas apakah Min akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat tinggi lainnya.

Dilansir Radio Free Asia, Kamis (14/7/2022), media di Myanmar juga dibungkam untuk tidak mempublikasikan secara luas kunjungan Min ke Rusia ini.

2. Bertemu dengan asosiasi persahabatan Rusia-Myanmar

Panglima Militer Myanmar Jendral Min Aung Hlaing tiba di Indonesia (IDN Times/Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)

Min juga dikabarkan bertemu dengan Asosiasi Persahabatan Rusia-Myanmar dan membahas kerja sama di sektor ekonomi, pendidikan, pariwisata, serta pelatihan untuk pejabat militer dan sipil.

Selain itu, Min juga menghadiri upacara keagamaan di Pagoda Shwezigon di Ethnomir, sebuah museum budaya di Moskow.

Baca Juga: RI-Australia Sepakat Cari Solusi Damai untuk Ukraina dan Myanmar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya