[LINIMASA] Indonesia Bawa 50 Negosiator di KTT Perubahan Iklim COP 25
Sekjen PBB sebut bumi sedang kritis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Madrid, IDN Times - Lebih dari 50 pemimpin dunia menghadiri Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim, Conference of Parties (COP) 25 yang di Madrid, Spanyol. Acara tahunan yang digelar lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kerangka perubahan iklim (UNFCCC) itu, dibuka pada 2 Desember 2019, dan akan berlangsung sampai 13 Desember 2019.
COP 25 awalnya akan diselenggarakan di Brasil. Negeri tempat hutan Amazon itu lantas membatalkan kesediaan menjadi tuan rumah karena kondisi pemerintahan transisi dan keterbatasan dana.
Pemerintah Chile menawarkan menjadi tuan rumah pengganti. Namun, kerusuhan sosial yang terjadi di negeri itu memaksa membuat pemerintah Chile dan PBB secara mendadak memutuskan memindahkan COP 25 ke Madrid.
KTT Perubahan Iklim 2019 ini menjadi yang terakhir sebelum memasuki 2020, di mana negara anggota harus memasukkan rencana aksi nasional perubahan iklim mereka.
Dalam pidato pembukaan COP 25, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggarisbawahi bahwa para pihak harus memutuskan saat ini juga untuk membatasi emisi karbon yang menyebabkan efek rumah kaca (green house effect).
Guterres mengatakan bahwa situasi yang dihadapi planet bumi dalam posisi tidak ada pilihan mundur dan menyerukan semua negara agar bertekad lebih ambisius dalam target memangkas polusi emisi karbon, karena ini saat yang kritis untuk memerangi perubahan iklim.
Menteri Lingkungan Hidup Chile Carolina Schmidt mengatakan bahwa dampak perubahan iklim dirasakan tidak adil karena terutama menyulitkan kelompok masyarakat, komunitas dan negeri yang rentan.
Laman UNFCCC yang menyiarkan secara langsung acara pembukaan COP 25, juga menayangkan pernyataan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Dia menetapkan target tinggi bagi Uni Eropa untuk menurunkan emisi karbon pada posisi setidaknya 50 persen pada 2030.
COP adalah forum di mana wakil resmi dari 195 negara dan 1 blok ekonomi (Uni Eropa) bertemu mendiskusikan rencana kemanusiaan untuk memerangi perubahan iklim. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada 2007 di Bali.
Poin penting Kesepakatan Paris yang dicapai saat COP 21 pada 2015 adalah upaya mitigasi dengan cara mengurangi emisi dengan cepat untuk mencapai ambang batas kenaikan suhu bumi yang disepakati, yakni di bawah 2 derajat Celcius dan diupayakan ditekan hingga 1,5 derajat Celcius.
Pemerintah Indonesia membawa sekitar 50 negosiator untuk penanggulangan perubahan iklim pada COP 25. Delegasi Indonesia dipimpin Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Alue Dohong.
"Kita punya negosiator hampir 50 orang yang terbagi dalam 13 tematik negosiasi yang akan kita perjuangkan di COP 25," tutur Alue dalam keterangan resmi, Senin (2/12/2019).
Alue mengatakan pelaksanaan COP 25 ini merupakan saat-saat menjelang implementasi Paris Agreement pada 1 Januari 2020. Salah satu aspek yang paling krusial adalah tentang artikel 6 dalam Paris Agreement.
Artikel 6 mencakup sarana-sarana implementasi Paris Agreement melalui mekanisme market/pasar dan non-market/nonpasar. Menurut Alue, mekanisme pasar biasanya yang paling hangat negosiasinya karena kegunaan mekanisme pasar dalam mencapai Paris Agreement sangat dinamis.
"Ada negara-negara yang sepakat, tapi ada juga ada yang tidak sepakat. Kami berharap COP 25 ini ada kejelasan terkait mekanisme itu," kata dia.
Ikuti terus perkembangan KTT Perubahan Iklim COP 25 di halaman ini.
Baca Juga: Konferensi Perubahan Iklim Ke-25, Indonesia Siap Diplomasi di Madrid
Baca Juga: Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di Indonesia
Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di Indonesia
Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat yang menjadi aktivis lingkungan hidup, Al Gore menilai Indonesia sudah memulai langkah untuk menyelesaikan krisis iklim tapi masih banyak yang perlu ditingkatkan. Berbicara di Indonesia Pavilion di KTT Iklim COP25 di Madrid, Spanyol, salah satu yang ia soroti adalah soal kelapa sawit.
"Saya senang Indonesia punya moratorium bagus yang membatasi perkebunan kelapa sawit. Namun, seperti yang Anda semua ketahui, masih ada tantangan-tantangan dengan penegakan moratorium itu," kata peraih Nobel Perdamaian tersebut pada Rabu (11/12).
"Beberapa studi menunjukkan bahwa deforestasi sebenarnya meningkat sejak moratorium pertama diumumkan," ujarnya.
Baca Juga: Indonesia Sampaikan Pengalaman Kelola Lahan Gambut di COP 25
Baca Juga: Al Gore Bakal Bicara di Paviliun Indonesia di COP 25 Madrid
Baca Juga: Greta Thunberg Akan Jadi Ikon COP 25 di Madrid
Baca Juga: Cak Imin Bakal Bicara di KTT Perubahan Iklim COP 25