COP26: Harapan Aktivis Lingkungan Millennial Hadapi Perubahan Iklim
Apa harapan kamu untuk lingkungan Indonesia?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - UN Climate Change Conference of the Parties ke-26 (COP26) akan digelar pada 1-12 November 2021 di Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya. Konferensi tersebut merupakan perhelatan akbar yang menemukan berbagai pemangku kepentingan untuk menangani krisis lingkungan dan pemanasan global.
Lebih dari 190 pemimpin dunia akan hadir untuk meramaiakan acara tersebut. Secara umum, tujuan COP26 adalah merealisasikan Paris Agreement yang disepakati pada 2015 silam, yaitu menahan laju peningkatan temperatur global di bawah 2 derajat celcius.
Lebih khusus, COP26 juga bertujuan untuk mendesain strategi adaptasi di tengah perubahan iklim, memobilisasi keuangan hingga 100 miliar dollar untuk program perubahan iklim global, dan merancang strategi kolaborasi antara berbagai sektor dalam menghadapi isu ini.
Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan bahwa perhelatan tahun ini akan berbeda dari konferensi tahunan sebelumnya. Sebab, representasi masyarakat sipil akan hadir untuk memberikan pandangannya seputar perubahan iklim.
“COP26 akan menjadi yang paling inklusif, karena kami mengundang masyarakat sipil dan kelompok agama untuk berbagi pandangan soal perubahan iklim,” kata Sharma saat menghadiri diskusi bersama aktivis lingkungan milenial Indonesia, Selasa (1/6/2021).
Pada diskusi tersebut, sejumlah aktivis muda menyampaikan harapan mereka untuk COP26. Apa saja itu?
Baca Juga: Xi Jinping Akan Hadiri KTT Pertemuan Virtual Perubahan Iklim
1. Edukasi untuk perubahan iklim harus lebih digalakkan
Analis lingkungan milenial dari Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Yesi Christy berharap, COP26 menjadi momentum agar seluruh negara menggalakkan edukasi perubahan iklim kepada masyarakat. Khususnya di Indonesia, di mana tanda-tanda pemanasan global sudah sangat jelas, mulai dari fenomena banjir hingga melelehnya salju abadi di puncak Gunung Jayawijaya.
“Kesadaran soal perubahan iklim dan pemanasan global masih sangat rendah. Kami menyadari bahwa tindakan untuk perubahan iklim harus didasari pada pemahaman terhadap isu tersebut. Selain keterbatasan sumber daya untuk menjangkau komunitas lebih luas, tidak semua orang juga mampu memahami kompleksitas isu perubahan iklim,” kata Yesi.
Dia menambahkan, “harapan kami untuk COP26 adalah menjadikan edukasi soal perubahan iklim sebagai komponen penting dalam bagian aksi perubahan iklim. Kami juga berharap di masa depan ada pendanaan lebih untuk peneliti muda.
Baca Juga: UEA Akan Jadi Tuan Rumah Konferensi Perubahan Iklim COP 28
Baca Juga: Hadir di KTT Perubahan Iklim, Ini Tiga Hal yang Disampaikan Jokowi