PBB sebut Myanmar Dilanda Tsunami Musibah, Imbas Kudeta dan Pandemik
Butuh Rp1,2 triliun untuk mengatasi kelaparan di Myanmar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Direktur World Food Programme (WFP) Myanmar Stephen Anderson mengatakan, negara yang berada dalam cengkraman militer itu sedang dilanda “tsunami musibah”.
Dikutip dari laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tsunami musibah yang dimaksud adalah kemiskinan semakin parah tiga kali lipat imbas gelojak politik dan ekonomi, yang disebabkan kudeta militer dan pandemik COVID-19.
“Hampir seperti ‘tsunami’ yang melanda negara ini,” kata Anderson merujuk pada sederetan masalah dalam negeri yang terjadi di Burma.
“(Warga) mengalami saat tersulit dalam hidup mereka,” tambahnya, berbicara dari Naypyidaw.
Baca Juga: ASEAN Tunjuk Menlu Erywan Yusof sebagai Utusan Khusus untuk Myanmar
1. Butuh Rp1,2 triliun untuk memerangi kelaparan di Myanmar selama 6 bulan ke depan
WFP setidaknya membutuhkan 86 juta dolar AS (sekitar Rp1,2 triliun) untuk memerangi kelaparan di Myanmar selama enam bulan ke depan.
Pada April, salah satu badan PBB itu memperkirakan, jumlah orang yang kelaparan bisa meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 6,2 juta orang dalam enam bulan ke depan, atau naik dari 2,8 juta sebelum Februari.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan WFP sejak Februari, gejolak politik menyebabkan semakin banyak orang yang harus berjuang hanya demi memperoleh makanan pokok bagi keluarganya.
“Kami telah melihat kelaparan menyebar lebih jauh dan lebih dalam di Myanmar. Hampir 90 persen rumah tangga yang tinggal di permukiman kumuh di sekitar Yangon mengatakan, mereka harus meminjam uang untuk membeli makanan, pendapatan telah sangat terpengaruh bagi banyak orang,” kata Anderson.
Baca Juga: Janjikan Pemilu Ulang, Junta: Myanmar Darurat Militer hingga 2023