TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO: Bekerja 55 Jam per Minggu Bisa Sebabkan Kematian

Meningkatkan risiko kematian akibat stroke dan jantung

Bekerja di kala pandemik COVID-19. (IDN Times/Besse Fadhilah)

Jakarta, IDN Times - World Health Organization (WHO) menyampaikan, bekerja berjam-jam telah membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. Tren itu diprediksi semakin memburuk akibat pandemik COVID-19.
 
Dilansir dari NDTV, dalam studi global pertama tentang hilangnya nyawa terkait jam kerja, makalah di jurnal Environment International menunjukkan bahwa 745 ribu orang meninggal karena stroke dan penyakit jantung imbas jam kerja yang panjang pada 2016.
 
Angka di atas mengalami peningkatan hingga 30 persen dari tahun 2000.

Baca Juga: WHO: Varian COVID-19 dari India Terdeteksi di 44 Negara

1. Bekerja lebih dari 55 jam berbahaya bagi kesehatan

Ilustrasi Bekerja (IDN Times/Sukma Shakti)

Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim, dan Kesehatan WHO Maria Neira membeberkan, bekerja 55 jam atau lebih setiap minggunya memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan.
 
Jika seseorang bekerja penuh dari Senin-Minggu, maka sedikitnya mereka bekerja selama 7,8 jam setiap hari. Jika mereka bekerja sepanjang Senin-Jumat, maka mereka sekurangnya bekerja selama 11 jam per hari.
 
"Yang ingin kami lakukan dengan informasi ini adalah mempromosikan lebih banyak tindakan, lebih banyak perlindungan terhadap pekerja," kata Neira.

2. Negara-negara dengan budaya kerja tinggi paling disorot

Warga Jepang menunggu lampu hijau di Shibuya Crossing. 9 Desember 2019 (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Studi yang dilakukan oleh WHO bersama International Labour Organization (ILO) menunjukkan, sekitar 72 persen atau sebagian besar korban dari jam kerja tinggi adalah laki-laki berusia paruh baya.
 
Penelitian ini menyotori negara-negara di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat yang memiliki budaya kerja tinggi, seperti Tiongkok, Jepang, dan Australia.
 
Kesimpulan dari penelitian yang mengambil data dari 194 negara ini adalah bekerja 55 jam atau lebih dalam seminggu meningkatkan risiko stroke hingga 35 persen dan meningkatkan risiko kematian akibat jantung iskemik hingga 17 persen, jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja 35-40 jam per minggu.  
 

Baca Juga: WHO: Jangan Vaksinasi Anak-Anak, Sumbangkan Saja Untuk Negara Miskin

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya