TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO: Varian Delta akan Mendominasi Virus Corona  

Prevalensi varian Delta di Indonesia lebih dari 75 persen

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (who.int)

Jakarta, IDN Times - World Health Organization (WHO) memperkirakan varian Delta COVID-19 akan mendominasi jenis virus corona dalam beberapa bulan mendatang. Varian Delta merupakan mutasi SARS-CoV-2 yang pertama kali terdeteksi di India dan memiliki daya penularan tinggi.

Dilansir dari Channel News Asia, berdasarkan data WHO, lebih dari tiga perempat spesimen yang dilaporkan di banyak ngara besar disumbangkan oleh varian Delta.

"Diperkirakan itu (varian Delta) akan bersaing cepat dengan varian lain dan menjadi garis keturunan dominan yang beredar selama beberapa bulan mendatang," demikian keterangan WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguan.

Baca Juga: Kembali Bermutasi, Virus Corona Varian Delta Berubah Jadi 'Delta Plus'

1. Prevalensi varian Delta melebihi 75 persen di beberapa negara

Ilustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Dari tiga varian kekhawatiran virus corona (VOC) lainnya, varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Inggris telah dilaporkan di 180 wilayah, bertambah enam wilayah dari pekan lalu. Varian Beta yang pertama kali tercatat di Afrika Selatan telah terdeteksi di 130 wilayah, bertambah tujuh wilayah. Adapun varian Gamma yang pertama kali ditemukan di Brasil telah terdeteksi di 78 wilayah, bertambah tiga wilayah.

Menurut data urutan SARS-CoV-2 yang diajukan ke inisiatif sains global GISAID selama empat minggu hingga 20 Juli, prevalensi varian Delta melebihi 75 persen di beberapa negara.

Negara-negara yang dimaksud mencakup Australia, Bangladesh, Botswana, Inggris, Tiongkok, Denmark, India, Indonesia, Israel, Portugal, Rusia, Singapura, dan Afrika Selatan.

“Bukti yang berkembang mendukung peningkatan transmisibilitas varian Delta dibandingkan dengan non-VOC. Namun, mekanisme yang tepat untuk peningkatan transmisibilitas masih belum jelas,” kata WHO.

2. WHO sebut empat faktor yang menyebabkan tingginya infeksi

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Organisasi yang berbasis di Jenewa itu mengatakan, secara keseluruhan, 3,4 juta kasus COVID-19 baru dilaporkan dalam seminggu hingga 18 Juli, terjadi peningkatan 12 persen jika dibandingkan pekan lalu.

Pada tingkat ini, WHO memperkirakan angka kumulatif kasus yang dilaporkan secara global dapat melebihi 200 juta dalam tiga minggu ke depan.

Salah satu badan PBB itu menyampaikan, peningkatan global dalam penularan tampaknya didorong oleh empat faktor, yaitu karakter varian yang lebih menular, pelonggaran pengetatan atau relaksasi langkah-langkah kesehatan masyarakat, peningkatan mobilitas dan pencampuran sosial, dan sejumlah besar orang yang tidak divaksinasi.

Baca Juga: BPOM: Hentikan Promosi Ivermectin sebagai Obat Pasien COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya