TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belt and Road Initiative: Program China untuk Kuasai Dunia

Disahkan pada awal pemerintahan Xi Jinping

Ilustrasi bendera China (unsplash.com/Ezreal Zhang)

Jakarta, IDN Times - Dilantiknya Xi Jinping sebagai presiden baru China pada 14 Maret 2013 membawa angin segar terhadap kemajuan China hingga hari ini. Dalam kepemimpinannya, beberapa terobosan baru muncul guna mendukung kemajuan ekonomi China, salah satunya adalah program Belt and Road Initiative (BRI).

Awal November lalu, ramai dibincangkan persoalan bandara Uganda yang disita oleh pemerintah China usai negara tersebut gagal melunasi utangnya. Kendati dibantah langsung oleh pemerintah China, namun persoalan pinjaman di negara tersebut telah menunjukkan eksistensi program China tersebut yang benar-benar disebut ingin menguasai dunia.

Program ini digadang-gadang sebagi sebuah kebijakan yang baru dan sangat besar cakupannya yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah umat manusia dan telah berkembang pesat serta diimplementasikan terhadap berbagai negara di dunia.

Lalu apa sebenarnya Belt and Road Initiative itu? Berikut informasi seputar BRI China.

1. Disahkan pada masa pemerintahan Xi Jinping 

Xi Jinping, presiden China (twitter.com/MFA Russia)

Belt and Road Initiative adalah gagasan atau kebijakan luar negeri yang dibuat dan disahkan oleh presiden China, Xi Jinping. Kebijakan ini disahkan oleh Xi pada akhir 2013 lalu setelah sebelumnya dia dilantik pada maret 2013.

Program ini merupakan inisiatif global dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi melalui pembangunan berbagai sarana infrastruktur.

Kebijakan ini telah menyelesaikan berbagai macam proyek konstruksi dalam hampir satu dekade ini di berbagai negara di dunia yang menjalin kerja sama dengan China. Proyek ini digagas oleh Xi karena munculnya pemikiran Xi Jinping terkait dengan sosialisme ala China untuk era baru.

Ini telah diabadikan dalam konstitusi Partai Komunis China (PKC). Secara langsung sejak kemunculannya, proyek BRI mencerminkan pengaruh China terhadap kekuatan global secara politik dan ekonomi.

Baca Juga: Filipina Kutuk Aksi Kapal China di Laut China Selatan

BRI sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi China dan juga sebagai sarana diplomasi negara tersebut. Dengan menghubungkan provinsi-provinsi China yang kurang berkembang dengan negara lain, maka diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi beberapa provinsi.

Secara regional, BRI dirancang untuk mengatasi masalah kronis pembangunan yang tidak merata di China. Ketimpangan antara wilayah barat pedalaman dan negara-negara pesisir timur yang makmur merupakan tantangan besar bagi partai yang berkuasa.

Sejak 1999 Pemerintah China telah mengejar apa yang disebut “strategi pembangunan Barat” untuk merevitalisasi provinsi-provinsi yang secara kronis berkinerja buruk termasuk wilayah otonomi mayoritas Muslim, Xinjiang. Namun, upaya itu tidak banyak membuahkan hasil yang nyata.

Dengan adanya BRI ini pula, China akan membuka pintu pasar baru untuk barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Kebijakan ini akan berdampak pada kemudahan akses ekspor barang-barang terhadap negara lain karena dibangunnya infrastruktur antar negara.

2. Bertujuan untuk menghubungkan provinsi pinggiran China dengan negara lain

Ilustrasi bendera China (unsplash.com/zhang kaiyv)

3. Dibangun dengan mengacu pada jalur Sutra lama 

Peta jalur Sutra lama (Britannica.com)

BRI berupaya untuk menghubungkan wilayah China dengan Asia Tengah, Asia Selatan, Rusia, Eropa, Afrika Utara, Asia Barat Daya, serta bagian utara negara-negara Afrika sub-Sahara. BRI dibangun dengan mengacu pada jalur sutra yang telah digunakan ratusan tahun yang lalu sebagai jalur perdagangan lintas benua melalui Asia, Eropa, dan Afrika.

BRI adalah inisiatif global tetapi dengan sifatnya yang dibangun di Jalur Sutra yang bersejarah menempatkan fokus utamanya pada negara-negara di Asia, Afrika Timur, Eropa Timur dan Timur Tengah, yang mana itu adalah wilayah yang sebagian besar terdiri dari negara berkembang. 

Program ini merupakan investasi jangka panjang lintas benua yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dan percepatan integrasi ekonomi negara-negara di sepanjang jalur sutera yang bersejarah.

Ini dilakukan karena menurut Asian Development Bank (ADB), Asia menghadapi kesenjangan pendanaan infrastruktur sekitar 26 trilliun Dolar AS hingga tahun 2030, dan untuk mengatasi kesenjangan tersebut maka dibuatlah kebijakan Belt and Road Initiative ini

Menurut laman resmi dari pemerintah yidaiyilu.gov.cn, saat ini 71 negara mengambil bagian dalam program tersebut yang bersama-sama mewakili lebih dari sepertiga PDB dunia dan dua pertiga populasi dunia.

Baca Juga: China Tembaki Kapal Filipina dengan Meriam Air di Laut China Selatan

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya