TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sekjen Hizbullah Lebanon Tuduh Arab Saudi Kirim Teroris ke Irak

Turut mengecam hubungan AS dan Arab Saudi

Hassan Nasrallah berpidato memperingati kematian Qasssem Soleimani dalam sebuah saluran televisi Al-Manar (twitter.com/David A. Daoud)

Jakarta, IDN Times – Sekretaris Jendral (Sekjen) Hizbullah, Hassan Nasrallah, menuduh Arab Saudi menyebarkan ideologi ISIS masuk ke Irak. Dia juga mengatakan bahwa kerajaan turut mengangkut mobil yang dilengkapi bahan peledak untuk digunakan dalam serangan bunuh diri di Irak.

Tuduhan itu disampaikan dalam pidatonya pada Senin (3/1/2022) di mana dia berbicara kepada raja Saudi, Salman Bin Abdul Aziz.

“Yang Mulia, teroris adalah yang mengekspor ideologi Daesh (ISIS) ke dunia. Teroris adalah orang yang mengirim ribuan orang Saudi untuk melakukan operasi bunuh diri di Irak dan Suriah, dan itu adalah anda,” kata Nasrallah, dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: Menhan Israel: Saya Bertemu Abbas untuk Cegah Perang dengan Hamas 

1. Turut mengencam hubungan dekat Saudi-AS 

Bendera Amerika Serikat dan Arab Saudi (Havanatimes.org)

Dalam pidatonya, Nasrallah turut mengecam Saudi karena hubungan dekatnya dengan Amerika Serikat (AS) terutama dalam koalisi militer yang dipimpinnya di Yaman. Komentar Nasrallah datang sebagai tanggapan terhadap lawan politik dan kritikus di Lebanon yang mengkritik Hizbullah karena merusak hubungan antara Lebanon dan Arab Saudi.

“Kami tidak menyerang Arab Saudi. Mereka terlibat dalam konspirasi yang lebih besar yang menghancurkan kawasan itu,” kata pemimpin Hizbullah itu.

Lebanon sedang berjuang untuk menyelesaikan perselisihan diplomatik dengan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Kuwait yang mengkritik Hizbullah atas peran mereka di Yaman dan konflik regional lainnya. 

Pada bulan Oktober, negara-negara Teluk menarik duta besar mereka dari Lebanon diikuti Arab Saudi yang melarang semua ekspor Lebanon setelah sebuah video muncul dari Menteri Informasi, George Kordahi, yang mengkritik perang koalisi pimpinan Saudi di Yaman. Sementara itu, raja Saudi dalam pidatonya pekan lalu meminta untuk menghentikan hegemoni “teroris” Hizbullah di Lebanon.

2. Perselisihan internal antara Hizbullah dengan partai Kristen Lebanon 

Bendera Hizbullah Lebanon (twitter.com/Jewish Community)

Hizbullah baru-baru ini juga mendapat sorotan dari sekutu utamanya, Free Patriotic Movement (FPM), yang merupakan partai Kristen terbesar di Lebanon. Pekan lalu, pendiri FPM, Michel Aoun, secara tidak langsung mengkritik Hizbullah karena merenggangkan hubungan dengan negara-negara teluk.

Dia turut mengkritik partai yang didukung Iran tersebut karena campur tangannya dalam hal-hal yang tidak penting, serta dominasi militernya sebagai kelompok bersenjata di Lebanon. Kedua partai besar Lebanon tersebut memang terlibat percekcokan dalam beberapa waktu terakhir.

AP melansir, Gebran Bassil selaku ketua FPM saat ini mengatakan pada Minggu (2/1/2022) bahwa aliansinya dengan Hizbullah terancam terhenti. Aliansi keduanya telah berlangsung selama 15 tahun sejak tahun 2006.

Menghentikan aliansi dengan Hizbullah akan membuat Bassil kehilangan dukungan dalam pemilihan yang rencananya diselenggarakan pada Mei mendatang. Sementara itu, Bassil memandang bahwa aliansi tersebut justru mengorbankan kredibilitasnya di mata para pendukungnya.  

Baca Juga: Gaza Kembali Memanas, Israel Kerahkan Jet Tempur dan Artileri

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya