Mantan Wakil Presiden Joe Biden yang mencalonkan diri untuk presiden Amerika Serikat dari Demokrat berorasi saat kampanye di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, pada 9 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid
Sejumlah pandit politik Amerika Serikat pun berpandangan kemenangan Biden untuk sementara ini mengungkap sesuatu yang sudah cukup lama menjadi perdebatan. Bernie dianggap sebagai bakal calon yang progresif dan tidak tanggung-tanggung dalam mengkritik para petinggi Partai Demokrat dengan menyebut mereka melakukan politik gaya lama.
Sedangkan Biden dipandang sebagai representasi status quo yang menilai situasi politik dan ekonomi di Amerika Serikat tidak perlu banyak berubah, walau mereka ingin menyingkirkan Donald Trump dari Gedung Putih. Bernie populer di kalangan pemilih muda yang liberal serta sangat khawatir terhadap perubahan iklim, hak-hak reproduksi, layanan kesehatan hingga keadilan ekonomi, dan rasial.
Sementara Biden mendapat sokongan dana dari para konglomerat yang menguasai sektor energi berbasis fosil, farmasi, hingga Wall Street. Biden menegaskan ia menolak proposal layanan kesehatan gratis bagi semua warga Amerika Serikat yang diunggulkan oleh Bernie. Di bidang pendidikan, Bernie mendorong semua sekolah dan kampus publik gratis sehingga anak muda tak lagi berutang, sementara Biden sebaliknya.
Untuk kebijakan luar negeri, Bernie memamerkan catatan voting di Kongres bahwa selama ini ia menolak perang Irak. Biden, di sisi lain, mendukung keputusan Presiden George W. Bush untuk menginvasi negara tersebut dan menggulingkan Saddam Hussein walau kemudian diketahui tak ada ancaman senjata pemusnah massal seperti yang digaungkan pemerintah.