Jaksa AS Desak Facebook Ungkap Penyebar Disinformasi Vaksin COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Jaksa agung di 14 negara bagian AS mengirim surat ke CEO Facebook Inc Mark Zuckerberg perihal disinformasi vaksin COVID-19 pada Rabu (14/10/2021) waktu setempat. Mereka mempertanyakan apakah para penyebar disinformasi di Facebook mendapat perlakuan khusus dari platform tersebut.
Surat ini disampaikan setelah Frances Haugen, mantan manajer produk di tim misinformasi sipil Facebook, mengungkap bahwa platform media sosial itu telah membangun sistem yang mengecualikan sejumlah orang penting dari berbagai aturan. Haugen, mengungkap hal tersebut berdasarkan dokumen internal perusahaan, tulis Reuters seperti dilansir kantor berita ANTARA.
Baca Juga: Parlemen AS Tuding Facebook Bersikap Angkuh Terkait Keamanan
1. Para jaksa AS khawatir "Disinformation Dozen" masuk ke daftar orang yang dilindungi Facebook
Surat tersebut ditandatangani oleh 14 jaksa agung dari negara bagian Connecticut, California, Delaware, Illinois, Iowa, Maine, Massachusetts, Michigan, Minnesota, Maryland, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont dan Virginia.
Dalam surat itu, para jaksa mengatakan mereka "sangat khawatir" dengan sejumlah laporan bahwa Facebook memiliki daftar pengguna yang menerima perlakuan khusus.
Mereka juga ingin mengetahui apakah "Disinformation Dozen" masuk dalam daftar itu. Pusat Penanggulangan Kebencian Digital (CCDH) mendeskripsikan "Disinformation Dozen" sebagai 12 orang penentang vaksin yang bertanggung jawab atas penyebaran dua per tiga konten menyesatkan tentang vaksin COVID-19 di media sosial.
Baca Juga: Mark Zuckeberg Kehilangan 7 Miliar Dolar AS Gegara Facebook Cs Down
2. Haugen ungkap dokumen rahasia Facebook sebelum mundur
Editor’s picks
Haugen telah mundur dari perusahaan bernilai hampir 1 triliun dolar AS (Rp14,1 kuadriliun) itu dengan membawa puluhan ribu dokumen rahasia.
Dia menyerukan transparansi tentang cara Facebook membujuk para pengguna untuk tetap menggulirkan konten agar pengiklan bisa menjangkau mereka.
Baca Juga: Facebook Hapus Akun Jaringan dari Rusia yang Anti-Vaksin
3. Facebook klaim telah menyusun aturan khusus
Facebook belum memberikan komentar atas surat tersebut. Perusahaan itu sebelumnya mengatakan telah menyusun aturan untuk mencegah klaim-klaim palsu yang spesifik tentang COVID-19 dan vaksin penyakit itu.
Facebook juga mengatakan, mereka telah memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang topik tersebut kepada masyarakat.
4. Disinformasi tentang vaksin COVID-19 tersebar masif di media sosial
Disinformasi tentang COVID-19 telah tersebar secara masif selama pandemik di media sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube. Peneliti dan anggota parlemen telah lama menuduh Facebook gagal mengawasi konten yang membahayakan di platformnya.
Pada Juli, Presiden AS Joe Biden mengatakan platform media sosial seperti Facebook "membunuh manusia" karena membiarkan misinformasi tentang vaksin COVID-19 diunggah di platformnya.