Menteri Keuangan Afghanistan Resign Terus Kabur, Takut dengan Taliban

Taliban berhasil merebut aset penting Kementerian Keuangan

Jakarta, IDN Times – Menteri Keuangan Afghanistan, Khalid Payenda, telah mengundurkan diri dari jabatannya dan langsung meninggalkan negara itu setelah Taliban merebut aset penting kementerian, termasuk pos bea cukai. Taliban telah menguasai 65 persen wilayah Afghanistan dan memperberat kerugian negara.

“Payenda mengundurkan diri dan meninggalkan Afghanistan, saat negara menghadapi penurunan pendapatan setelah pengambilalihan pos-pos Bea Cukai,” kata juru bicara Kementerian Keuangan, Mohammad Rafi Tabe, sebagaimana dikutip dari Bloomberg pada Rabu (11/8/2021).

Menurut Tabe, selain karena alasan keamanan yang memburuk, Payenda meninggalkan Afganistan juga karena istrinya yang sedang sakit. Tabe tidak menyampaikan dengan jelas negara mana yang dituju dan di mana Payenda akan tinggal untuk sementara waktu.

1. Afghanistan merugi hingga Rp431 miliar dari pos bea cukai

Menteri Keuangan Afghanistan Resign Terus Kabur, Takut dengan TalibanPrajurit Tentara Nasional Afganistan (ANA) berpatroli di area di dekat pos perbatasan yang diambil kembali dari Taliban, di distrik Alishing provinsi Laghman, Afganistan, Kamis (8/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz.

Pada Selasa (10/8/2021), melalui cuitannya, Payenda mengumumkan pengunduran dirinya tanpa memberi alasan. Wakil menteri bea cukai dan pendapatan, Alem Shah Ibrahimi, akan bertanggung jawab sampai penunjukan baru diumumkan.

Pengambilalihan pos-pos keuangan memberi pukulan telak kepada keuangan negara. Negara harus menderita kerugian, sedikitnya, hingga 30 juta dollar AS (sekitar Rp431 miliar) setelah Taliban merebut beberapa pos bea cukai.

Kontribusi pajak terhadap negara hampir setengah dari total pendapatan domesik Afghanistan, diperkirakan mencapai Rp38 triliun pada tahun ini.

Baca Juga: Amerika sebut Taliban Bisa Kuasai Ibu Kota Afghanistan dalam 90 Hari

2. PBB dan ICRC sebut serangan Taliban sebabkan ribuan warga mengungsi

Menteri Keuangan Afghanistan Resign Terus Kabur, Takut dengan TalibanCuplikan suasana di wilayah yang dikuasai Taliban. twitter.com/pagossman

Sementara itu, dikutip dari Reuters, Taliban membantah dengan sengaja menargetkan dan membunuh warga sipil selama menyerang pemerintah Afghanistan. Mereka bahkan berani menyerukan penyelidikan independen, untuk membuktikan bahwa apa yang mereka lakukan juga demi melindungi rakyat Afghanistan.

"Tidak ada rumah atau keluarga yang akan menghadapi ancaman dari pihak kami," demikian keterangan Taliban.

Kelompok militan Islam itu mengeluarkan pernyataan setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) juga melaporkan, sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan.

Sebaliknya, juru bicara Taliban Suhail Shaheen justru menyalahkan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing atas kematian warga sipil. Sedangkan, Amerika Serikat (AS) membantah operasi militer yang mereka jalankan berdampak terhadap warga sipil.

"Di mana pun Anda melihat, ada poin data yang meyakinkan, bukti, gambaran kekerasan, pertumpahan darah, potensi kekejaman yang dilakukan Taliban. Kami telah melihatnya dengan mata kepala sendiri, dari beberapa rekaman yang muncul,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.

Baca Juga: Fakta-Fakta Taliban: Sejarah 'Pelajar' Mengangkat Senjata

3. Taliban tantang penyidik independen datang ke Afghanistan

Menteri Keuangan Afghanistan Resign Terus Kabur, Takut dengan TalibanMantan Mujahidin memegang senjata untuk mendukung pasukan Afghanistan dalam perang mereka melawan Taliban, di pinggiran provinsi Herat, Afghanistan, Sabtu (10/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Jalil Ahmad.

Taliban mengusulkan agar tim independen yang terdiri dari PBB, ICRC dan kelompok kemanusiaan lainnya menemui perwakilan mereka.  

"Untuk melakukan penyelidikan yang tidak memihak dan independen terhadap peristiwa terbaru," kata Taliban.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, tidak segera memberi komentar. Namun, dia mencatat, sejak awal tahun ketegangan di Afghanistan telah menyebabkan hampir 390 ribu orang mengungsi.

"Antara 1 Juli dan 5 Agustus 2021, komunitas kemanusiaan memverifikasi bahwa 5.800 pengungsi internal dan tiba di Kabul," kata Dujarric.

Koalisi Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat akan menarik seluruh pasukannya pada 31 Agustus 2021, lebih cepat dari rencana awal pada 11 September 2021, bertepatan dengan momen 20 tahun pasca serangan 9/11.

Pasukan Afghanistan yang didukung AS menggulingkan Taliban dari kekuasaan pada 2001 karena menolak menyerahkan Osama bin Laden selaku pemimpin Al Qaeda dan dalang serangan 9/11, yang menghancurkan pusat ekonomi World Trade Center (WTC) dan pusat pertahanan Pentagon.

Andi IR Photo Verified Writer Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya