Usai Prancis-Belgia, Kini Petani Swiss yang Protes Kebijakan Uni Eropa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Para petani Swiss mengendarai traktor mereka ke Jenewa pada Sabtu (3/2/2024) untuk memprotes kenaikan biaya dan rendahnya harga produk pertanian. Mereka bergabung dengan gerakan yang telah menyebar ke seluruh Eropa.
Protes tersebut mencakup sekitar 30 traktor yang diparkir di alun-alun di pusat kota terbesar kedua di Swiss, yang dihiasi dengan tanda-tanda seperti "Akhir kami adalah kelaparan Anda".
“Kekhawatiran saya adalah pertanian tidak akan ada lagi di Swiss,” kata Lionel Dugerdil, pembuat anggur dan petani dari Satigny, dilansir dari Reuters.
1. Petani Swiss kerahkan puluhan traktor
Di wilayah Basel, para petani yang mengendarai hingga 40 traktor juga ikut serta dalam protes.
Demonstrasi meletus di beberapa negara Eropa, sebagai tanda kemarahan terhadap rendahnya harga produk, kenaikan biaya, murahnya impor dan pembatasan yang diberlakukan oleh upaya Uni Eropa (UE) untuk melawan perubahan iklim.
“Masalah kami terutama adalah masalah ekonomi,” kata Rudi Berli, presiden Persatuan Petani Jenewa Uniterre.
Berli mengatakan dua distributor utama Swiss mendikte harga yang dibayarkan kepada petani, yang menuntut lebih banyak transparansi di pasar.
Dia mengatakan para pengunjuk rasa meminta parlemen untuk mengambil langkah-langkah yang memungkinkan petani bernegosiasi secara lebih adil dengan pembeli produk pertanian.
Baca Juga: Di Uni Eropa, Menlu Retno Serukan Setop Diskriminasi Kelapa Sawit
2. Demo di Prancis dan Belgia meletus lebih dulu
Editor’s picks
Pada Sabtu (27/1/2024) lalu, para petani di Prancis dan Belgia meningkatkan protes atas ketatnya peraturan lingkungan UE. Mereka juga menggunakan traktor untuk memblokade jalanan utama.
Dua serikat petani utama Perancis, FNSEA dan Jeunes Agricultueurs, mengepung ibu kota Paris.
Di Belgia, lusinan traktor menghentikan lalu lintas di jalan raya bagian selatan negara itu. Bendera Belgia dan serikat pekerja ditempel pada beberapa traktor. Mereka menuntut perbaikan kebijakan.
"Jika kami mati, kalian akan kelaparan," kata salah satu spanduk yang dibawa petani, dikutip dari Barron's.
Para petani juga melakukan protes di luar stadion sepak bola, sehingga menunda pertandingan FC Genk dan Sint-Truiden selama 30 menit.
3. Mengeluh terhadap kebijakan UE
Para petani di Prancis dan Belgia mengeluhkan persaingan tidak sehat dengan barang ekspor. Ini karena barang dari negara lain yang masuk tidak harus memenuhi standar lingkungan yang sama ketatnya dengan mereka.
Dilansir AFP, para petani mengeluhkan undang-undang UE yang telah menghambat usaha mereka. Inflasi juga dianggap mengikis standar hidup dan impor menghancurkan daya saing.
Untuk menghadapi ancaman blokade di Paris, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengumumkan mobilisasi besar-besaran. Sekitar 15 ribu polisi paramiliter dikerahkan bersama kendaraan lapis baja.
Baca Juga: Menlu Retno Minta Uni Eropa Konsisten soal Palestina
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.