Imbas Kekurangan Bahan Bakar, Bantuan PBB ke Gaza Kembali Terhenti

WFP peringatkan warga Gaza terancam kelaparan

Jakarta, IDN Times - Pengiriman bantuan PBB ke Gaza kembali dihentikan pada Jumat (17/11/2023), usai kurangnya bahan bakar dan terputusnya saluran komunikasi melanda wilayah yang dilanda perang tersebut. Itu semakin memperdalam penderitaan ribuan warga Palestina yang kelaparan dan kehilangan tempat tinggal.

Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan, warga sipil akan menghadapi kemungkinan kelaparan karena kurangnya pasokan makanan. Hampir seluruh penduduk Gaza sangat membutuhkan bantuan pangan.

Organisasi internasional itu mengungkap, tidak akan ada operasi bantuan lintas perbatasan pada Jumat. Sejak Kamis (10/11/2023), tidak ada truk bantuan yang tiba di Gaza karena kekurangan bahan bakar untuk mendistribusikan bantuan.

"Pasokan makanan dan air secara praktis tidak ada di Gaza dan hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang datang melalui perbatasan," kata Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain.

"Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan segera kelaparan," tambahnya, dikutip dari Aljazeera.

Baca Juga: Israel Setuju BBM Masuk ke Gaza, tapi dalam Jumlah Minimal

1. Pasokan bahan bakar sangat diperlukan untuk menyalurkan bantuan

Badan-badan bantuan menekankan bahwa pemberian semua bantuan dan perawatan medis sangat bergantung pada pasokan bahan bakar. Bahan bakar tersebut dimaksudkan untuk memberikan penunjang minimal terhadap sistem air, saluran pembuangan, dan sanitasi. 

Selain itu, bahan bakar juga dibutuhkan generator untuk menjalankan sistem komunikasi darurat, rumah sakit, pabrik desalinasi, dan infrastruktur penting lainnya di Gaza.

"Kami telah melihat bahan bakar, makanan, air, dan bantuan kemanusiaan digunakan sebagai senjata perang. (hal ini) sangat keterlaluan karena lembaga-lembaga kemanusiaan hanya sekedar mengemis bahan bakar," kata juru bicara UNRWA, Juliette Touma, dilansir Associated Press.

Seorang pejabat HAM PBB, Pedro Arrojo-Agudo, mengatakan Israel harus mengizinkan air dan bahan bakar masuk ke Gaza untuk memulai kembali jaringan pasokan air, jika tidak maka orang-orang akan terancam mati kehausan dan terserang penyakit. Dia menyebut tindakan negara Yahudi itu merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Baca Juga: Korban Tewas di Gaza Meningkat Jadi 11.675 Orang!

2. Kelaparan dan penyebaran penyakit mengancam warga Gaza

Lembaga kemanusiaan PBB memperingatkan Gaza menghadapi ancaman kelaparan dan penyakit setelah pengiriman bantuan terhenti. Juru bicara regional Timur Tengah untuk WFP, Abeer Etefa, mengatakan Gaza kini hanya menerima 10 persen dari pasokan makanan yang dibutuhkan setiap hari.

Abeer mengatakan, sedikitnya truk bantuan yang masuk ke Gaza dan tidak adanya bahan bakar untuk mendistribusikan makanan, membuat pihaknya kehabisan cara untuk mengatasi kelaparan saat ini.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir dengan penyebaran penyakit di Gaza. Badan itu menyebut, saat ini terdapat lebih dari 70 ribu kasus infeksi pernafasan akut dan setidaknya 44 ribu kasus diare telah dilaporkan.

Jumlah itu jauh lebih banyak dari perkiraan. Selain itu, dehidrasi dan malnutrisi juga semakin meningkat di wilayah tersebut. 

3. Israel memburu Hamas di Rumah Sakit Al-Shifa

Imbas Kekurangan Bahan Bakar, Bantuan PBB ke Gaza Kembali TerhentiKondisi Gaza setelah serangan Israel. (twitter.com/pmofa)

Israel telah mendorong pasukannya untuk masuk lebih jauh ke Kota Gaza. Mereka mencari rumah sakit al-Shifa, untuk memburu jejak pusat komando Hamas yang mereka percaya berada di bawah bangunan tersebut. 

Kepala staf militer Israel mengklaim pihaknya hampir berhasil menghancurkan sistem militer Hamas di wilayah utara Gaza. Negara Yahudi itu berjanji untuk memusnahkan kelompok militan tersebut.

Mengutip Reuters, Israel mengklaim pasukannya telah berhasil menemukan terowongan yang digunakan Hamas di rumah sakit al-Shifa. Pihaknya mengatakan kelompok militan itu telah menyimpan senjata dan amunisi, serta menyandera tawanannya di jaringan terowongan di bawah rumah sakit terbesar di Gaza tersebut.

Negara itu menyebut Hamas menggunakan pasien dan orang-orang yang berlindung di sana sebagai tameng manusia. Namun, kelompok militan itu menolak klaim yang mengatakan pihaknya menggunakan rumah sakit al-Shifa untuk tujuan militer.

Baca Juga: WHO Pusing Cari Cara Evakuasi Pasien dari RS Al Shifa di Jalur Gaza

Angga Kurnia Saputra Photo Verified Writer Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya