Kelompok Ekstremis Kongo Bantai Satu Desa Malam Hari, 21 Orang Tewas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kelompok ekstremis telah menewaskan sedikitnya 21 warga sipil dalam serangan di sebuah desa di Republik Demokratik Kongo bagian timur. Hal tersebut diungkapkan kelompok hak asasi manusia setempat dan seorang saksi mata pada Senin (04/04/2022).
Pemimpin Ruenzori Sector Civil Society, Ricardo Rupande, mengatakan bahwa pejuang yang diyakini berasal dari Allied Democratic Forces (ADF) menyerang Desa Masambo pada Minggu malam (03/04/2022) waktu setempat.
1. Kelompok ekstremis ADF bukan berasal dari Republik Demokratik Kongo, melainkan Uganda
ADF merupakan salah satu kelompok ekstremis tertua di Benua Afrika. ADF adalah milisi asal Uganda yang telah aktif di Republik Demokratik Kongo bagian timur sejak 1990-an.
Kelompok itu dikabarkan telah bertanggung jawab atas ribuan kematian sejak kebangkitan mereka pada 2013. Mereka dikenal dengan pembantaian pada tengah malam yang dilakukan dengan parang dan kapak.
Serangan ADF pada 3 April 2022 telah menewaskan 21 warga sipil, dan jumlah itu bisa saja meningkat seiring dengan adanya warga yang terluka parah.
Kakule Saanane, seorang warga Desa Masambo, mengungkapkan kesaksiannya saat ADF menyerang desanya.
"Sungguh keajaiban saya selamat. Kami sudah berada di tempat tidur ketika kami mendengar suara sepatu bot di luar dan peluru. Setelah mendengar tangisan korban, kami menyadari bahwa itu adalah serangan pemberontak," kata Saanane, dilansir Reuters.
Baca Juga: Langgar Hukum Internasional, Uganda Bayar Ganti Rugi Rp4,6 T ke Kongo
2. Republik Demokratik Kongo harus dibantu Uganda dalam memberantas ADF
Editor’s picks
Juru bicara militer Republik Demokratik Kongo (DRC), Antony Mwalushayi, mengatakan tentara akan mengeluarkan pernyataan setelah menyelesaikan penilaian keamanan zona tersebut.
Saking berbahayanya kelompok ADF, Republik Demokratik Kongo membutuhkan bantuan Uganda untuk menangani kelompok tersebut. Uganda mengirim lebih dari 1.000 tentara ke Kongo pada Desember untuk operasi gabungan melawan ADF.
Otoritas Uganda menyalahkan ADF atas pemboman bunuh diri yang mematikan di ibu kota, Kampala, pada awal November 2021 lalu. Kelompok bersenjata itu juga dituduh melakukan puluhan serangan di DRC timur.
Tak heran jika kedua negara bekerja sama untuk meredam kekuatan kelompok ADF yang dinyatakan bangkit kembali pada 2013 lalu. Tak diketahui secara pasti seberapa besar jaringan ADF di Kongo dan Uganda.
3. ADF diduga menjalin kemitraan dengan ISIS, Al-Shabaab, bahkan Sudan
ADF diketahui telah membangun kekuatan bersama kelompok teroris lainnya. ISIS, Al-Shabaab, dan Lord's Resistance Army (kelompok ekstremis yang mengklaim pembela agama Kristen) diketahui menjadi mitra bagi kelompok ADF.
Menariknya, Center For Strategic & International Studies (CSIS) melaporkan bahwa ADF menerima pelatihan dan bantuan logistik dari Sudan. Kelompok ADF menjadi ancaman keamanan nyata bagi negara-negara Afrika.
Tak heran jika Uganda dan Kongo turut melibatkan Angola, Mozambik, Rwanda, Kenya, dan Tanzania untuk menjatuhkan ADF yang tujuan awalnya adalah menjatuhkan rezim Uganda.
Namun, kelompok ini berhasil menyebar ke negara tetangga dan memiliki tujuan yang sama layaknya ideologi mereka di Uganda. Di sisi lain, kelompok ini juga dikabarkan menjalin kerja sama dengan Al-Qaeda, Hezbollah, Taliban, hingga Boko Haram, dilansir The Washington Post.
Baca Juga: Minta Naik Gaji, Imigran Kongo Dipukuli Hingga Tewas di Brasil
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.