Pemerintah Arab Saudi akan membentuk koalisi militer Islam untuk melawan para terorisme yang meresahkan dunia saat ini. Koalisi ini nantinya akan terbentuk dari 34 negara. Negara-negara koalisi Islam tersebut antara lain adalah Yordania, Arab Saudi, Pakistan, Uni Emirat Arab (UEA), Bangladesh, Bahrain, Turki, Benin, Togo, Chad, Djibouti, Tunisia, Sudan, Senegal, Somalia, Sierra Leone, Guinea, Gabon, Republik Federal Islam Komoro, Palestina, Cote d'Ivoire, Qatar, Libanon, Kuwait, Maladewa, Libya, Malaysia, Mali, Maroko, Mesir, Niger, Mauritania, Yaman dan Nigeria.
Negara-negara yang disebutkan diatas telah memutuskan untuk bersatu dan memiliki tujuan utama untuk memerangi terorisme. Pusat operasinya akan berpusat di Riyadh. Koalisi ini bertugas untuk melindungi negara Islam dari semua kejahatan terorisme yang mendatangkan maut dan kerusakan di muka bumi. Serta mengatasi masalah teror orang tidak bersalah yang kerap kali terjadi akhir-akhir ini.
Lalu apakah koalisi ini juga akan menjadi koalisi Internasional Anti ISIS yang dipimpin oleh Amerika Serikat? Saat ini pihak Washington masih belum merespon pembentukan koalisi Islam ini.
Menteri Pertahanan Arab Saudi Mohammed Bin Salman mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang banyak penduduk islamnya pasti akan mendukung terutama dalam rangka memerangi terorisme ISIS. Pembentukan koalisi internasional ini berangkat dari kewaspadaan dan kekhawatiran dari negara-negara Islam dalam memerangi penyakit radikalisme yang terjadi saat ini dengan mengatasnamakan Islam. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mengurangi konflik yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang sering mendapatkan serangan dari terorisme ISIS.
Apakah kekerasan harus dibalas dengan kekerasan?
Terorisme yang terjadi saat ini dengan mengatasnamakan Islam benar-benar tentu merusak citra Islam di mata dunia. Terutama yang dilakukan oleh militan ISIS. Maka para negara ingin bersatu dan bersama melawan teror yang mengatasnamakan Islam. Salah satunya adalah teror yang terjadi di Suriah, Irak, Afghanistan dan Mesir.
Namun, apakah kekerasan yang dilakukan oleh pihak teroris tersebut harus dibalas dengan kekerasan? Apakah tidak ada efek domino yang akan dirasakan oleh anak cucu kita nanti?
Aksi kekerasan yang dilakukan para terorisme memang sangat kejam. Apalagi mengatasnamakan Islam sebagai pedoman aksi mereka. Hal ini tentu saja mencederai agama dan nilai kemanusiaan itu sendiri. Tapi apakah menjamin setelah ISIS diberantas sampai ke akarnya nanti tidak akan timbul masalah baru yang datang?
Mungkin perlu dipikirkan dari sekarang apa yang akan dilakukan setelah ISIS berhasil ditumpas dan sudah tak ada lagi. Apa upaya yang akan dilakukan agar masalah yang sama tidak muncul lagi di hadapan anak cucu kita. Melalui pendekatan negosiasikah? Atau dengan cara lain?
Para negara untuk bersatu menumpas ISIS tentu menjadi bentuk upaya untuk menciptakan kedamaian dunia. Efek samping berupa peperangan yang lebih parah berharap bisa dikesampingkan. Semoga para pemimpin dunia bisa membantu menghilangkan wajah muram kemanusiaan akhir-akhir ini.